Tradisi Pengobatan “Keteguran” Tetomeh di Danau Dasan Losu
Pengobatan tradisional biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian khusus meskipun orang tersebut bukan dokter, ataupun seprofesi. Pengobatan tradisional dilakukan dengan cara-cara tradisional yang telah diwarisi secara turun temurun menggunakan resep yang telah diwariskan nenek moyang, sesuai dengan kebiasaan atau kepercayaan masyarakat setempat baik secara ilmu gaib maupun secara tradisional. Pengobatan tradisional ini juga termasuk dalam unsur budaya, meskipun zaman terus berkembang semakin pesat, baik dari bidang teknologi maupun medis, perkembangan tersebut hingga kini belum bisa menggeser minat sebagian masyarakat memilih pengobatan tradisional sebagai upaya dalam mengobati yang dianggap memiliki efek samping yang lebih kecil hal itu juga berkaitan dengan kepercayaan masyarakat.
Dukun adalah orang yang mengaku sakti karena memiliki pembantu berupa jin yang diberikan tugas untuk mendengar perbincangan malaikat tentang perkara gaib. Bisa juga di katakan sebagai orang yang mengaku sakti karena bisa menginformasikan hal-hal yang tidak bisa dijangkau oleh orang normal. Dukun atau orang pintar adalah istilah yang secara umum dipahami dalam pengertian orang yang memiliki kelebihan dalam hal kemampuan supranatural yang menyebabkan dapat memahami hal tidak kasat mata serta mampu berkomunikasi dengan arwah dan alam gaib, yang dipergunakan untuk membantu menyelesaikan masalah di masyarakat, seperti penyakit, gangguan sihir, kehilangan barang, kesialan, dan lain-lain. Di daerah Melayu Riau dukun biasanya sangat dipercaya untuk menyembuhkan berbagai penyakit terutama penyakit “keteguran.” Keteguran berasal dari bahasa Melayu yaitu “Tetogua” yang memiliki arti keadaan sakit yang disebabkan gangguan dari makhluk halus (hantu/ jin).
Masyarakat Indonesia mengenal dua bentuk pengobatan yang dilakukan melalui medis dan pengobatan secara tradisional, salah satunya tradisi pengobatan tetomeh. Tradisi pengobatan tetomeh menjadi salah satu pengobatan khas Melayu Riau. Kebiasaan ini yang dipercayai bisa menyembuhkan penyakit tertentu seperti sakit kepala, demam, keteguran, dan lain sebagainya. Tempat yang biasanya orang terkena “keteguran” antara lain rawa-rawa, danau, sungai, daerah hujan panas, kuburan, dan objek wisata baru. Di daerah Melayu Riau pengobatan ini menggunakan media bacaan ayat suci Al-Qur’an, sholawat nabi dan mantra. Dalam penggunaan ayat suci Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari yang disebut sebagai fenomena Living Qur’an. Sedangkan media atau alat dan bahan yang digunakan untuk pengobatan “keteguran” tersebut menggunakan kunyit, pisau cutter, dan kapur. Tradisi pengobatan tradisional tetomeh ini merupakan salah satu respon masyarakat Melayu Riau, terutama di daerah Teluk Bintungan.
Tujuan dari pembuatan artikel ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang ada yaitu bagaimana proses pengobatan tradisional tetomeh, bagaimana pemahaman dukun terhadap ayat Al-Qur’an yang dibaca dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap pengobatan tetomeh. Tradisi tetomeh berasal dari pengobatan turun temurun dari nenek moyang. Dalam prosesnya diawali dengan membelah kunyit menjadi dua dan dibacakan ayat suci al-Qur’an seperti surah al-Ikhlas, an-Nas, ayat kursi (Al-Baqarah ayat 255) serta sholawat dan dicampur dengan mantra menggunakan bahasa daerah setempat.
Pengobatan tetomeh ini banyak memberikan khasiat didalamnya yang telah dibuktikan oleh pasien serta masyarakat di kampung Teluk Bintungan. Nama lain atau sebutan pengobatan tetomeh ini di masyarakat Melayu Riau adalah tawa semparan. Cara atau langkah-langkah dari pengobatan keteguran ini dengan menggunakan satu buah kunyit dan kapur sirih. Ada salah satu cerita tentang salah seorang masyarakat Teluk Bintungan yang bernama Ulong Jamal. Ia mengunjungi salah satu tempat yang jarang di kunjungi oleh warga setempat bahkan tidak pernah dikunjungi dan bisa dikatakan tempat tersebut banyak ditempati orang sunian/bunian (makhluk halus).
Tempat tersebut merupakan sebuah danau yang bernama Danau Dasan Losu, ia bermaksud kesana untuk memancing ikan. Setelah dua jam memancing dia tak kunjung juga mendapatkan ikan. Sehingga ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Sesampainya dirumah karena ia merasa kecapean ia malah ketiduran sampai maghrib. Setelah bangun tidur, ia merasa badannya sakit-sakit disertai kepala pusing. Kemudian ia pun langsung mandi lalu makan malam. Sakit kepalanya tak kunjung reda ia pun memilih untuk tidur kembali akan tetapi saat ia tertidur ia pun mengigau sambil berteriak-teriak. Teriakannya terdengar oleh ibunya sehingga ibunya langsung menghampiri dan membawakan segelas air putih.
Karena melihat anaknya yang sakit si ibu pun membelikan obat untuknya. Kemudian anak pun meminum obat tersebut. Setelah dua hari berturut-turut meminum obat tetapi si anak tak kunjung sehat juga. Barulah si ibu berniat membawa anaknya ke dukun terdekat untuk mengetahui penyakit apa yang menimpa anaknya. Sesampainya dirumah si dukun, dukun pun menanyai penyebab awal dari sakit si anak tersebut. Ibu pun bercerita bahwa dua hari yang lalu anaknya pergi memancing ikan di Danau Dasan Losu. Setelah pulang dari sana barulah anaknya sakit-sakitan sampai sekarang.
Dukun pun mengambilkan kunyit dan kapur sirih untuk dijadikan tawa semparan. Cara pengobatan oleh dukun yaitu pertama ia membersihkan kunyit kemudian kunyit pun dibelah dua, memanjang. Kemudian kunyit dibacakan ayat suci Al-Qur’an, setelah itu kunyit diletakkan di atas punggung tangan lalu tangan di gerakkan secara memutar sebanyak tiga kali sambil dibacakan sholawat beserta mantra. Kemudian tangan dibalikkan, jika kunyit sama-sama terbuka (menghadap ke atas) atau sama-sama tertutup keduanya maka dukun harus mengulangi sampai ada salah satu kunyit saja yang terbuka dan satunya lagi tertutup.
Kemudian dukun mengambil salah satu kunyit yang terbuka/menghadap ke atas itu. Lalu ia melihat penyebab sakit kepala si anak tersebut melalui kunyit yang terbuka tadi. Dukun pun mengatakan penyebab sakit si Jamal adalah keteguran di Danau Dasan Losu tempat ia memancing dua hari yang lalu. Setelah itu, dukun pun mengoleskan kunyit itu kepada si anak pada bagian kening, kedua bahu, siku-siku, ibu jari tangan, lutut, punggung kaki, serta ibu jari kaki.
Kemudian dukun pun menyebutkan kepada si ibu dan Jamal bahwa mereka harus menaburkan beras kunyit ditempat Jamal memancing ikan kemarin dan sebaiknya beras kunyit ditaburkan menjelang maghrib. Setelah pulang dari rumah dukun itu si ibu pun langsung membuat beras kunyit yang disarankan oleh dukun. Lalu ibu pun mengajak adiknya untuk menemaninya pergi ke Danau Dasan Losu untuk menaburkan beras kunyit. Setelah menaburkan beras kunyit mereka pun pulang ke rumah.
Penulis: Nahya Adrian, Isna Rahmita, Liza Ariani dan Indra Prayoga.
Editor : Hasrijal