Pekanbaru (29/05/2022) – Angler Lancang Kuning (ALK) Riau adalah sebuah organisasi komunitas para angler (pemancing) di Riau. Komunitas ini didirikan dua tahun lalu di Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau. Berarti tahun ini adalah ulang tahun yang kedua. Didirikan dengan konsep untuk wadah silaturahim, persatuan, sosial kemasyarakatan dan pelestarian lingkungan. Aktivitas komunitas ini dikoordinasikan dan dipimpin oleh Ketua Umum, yaitu M. Fried Wahab, yang merupakan angler senior yang energik di Riau ini.
Merupakan wadah silaturahim yang menjadi tempat bagi para pemancing dari segala macam perbedaan seperti teknik mancing, asal daerah, komunitas dan lain-lain untuk dapat menyatu. Tentunya berujung pada usaha yang mengarah pada nilai-nilai persatuan, sehingga secara tidak langsung bermanfaat dalam tujuan mempersatukan bangsa dalam kebinekaan. Selain itu komunitas ini tetap menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan, serta ikut bersama-sama bertanggung jawab dalam usaha pelestarian alam.
Perwujudan konsep dia atas telah dilaksanakan pada hari ini Ahad/Minggu (29/05/2022) dengan judul acara “MABAR 2nd Anniversary Angler Lancang Kuning Riau”. MABAR adalah singkatan dari Mancing Bareng. Acara mancing bareng atau mancing bersama ini ditaja dalam bentuk lomba mancing. Penilaiannya ada beberapa macam yaitu yang terberat untuk kategori ikan dan juga untuk target lainnya berupa udang galah. Lomba mancing ini diadakan di Desa Gading Permai, Kampar Kiri Hilir, Kabupaten Kampar. Tepatnya di aliran sungai Kampar Kiri. Peserta lomba yang telah mendaftar dapat menggunakan boat atau robin atau sistem land base alias menebing, sesuai dengan pilihan saat mendaftar.
Para pesertanya adalah pemancing yang berjumlah sekitar 250 orang yang berasal dari utusan 37 komunitas mancing yang ada di Riau. Sebenarnya komunitas mancing di Riau lebih banyak dari itu terutama yang ada di daerah-daerah kabupaten. Keikutsertaan dalam acara ini dibatasi oleh ketersediaan armada (terutama boat) yang ada, sehingga tidak semuanya dapat ikut. Acara mabar ini sesuai rundown acara yang disediakan dimulai pada pukul 07:30 WIB pagi dan selesai pada pukul 17.45 WIB.
Sesuai skenario acara bahwa pada pagi harinya diadakan pembagian bantuan sosial (bansos) kepada 50 KK warga Desa Gading Permai. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian santunan kepada anak-anak yatim di desa tersebut. Setelah itu dilaksanakan pula acara tebar benih ikan di sungai Kampar Kiri. Benih ikan yang ditebar adalah jenis ikan patin, karena ikan ini dapat mudah berkembang di sungai dan dapat pula dikonsumsi pada saat sudah besar nantinya.
Ada yang menarik dalam acara atau event ini. Yaitu dukungan pemerintah desa dan pemerintah daerah setempat. Ini dibuktikan dengan kehadiran Camat Kampar Kiri Hilir Drs. Abukari, M.Pd., M.Si. Serta kehadiran Kepala Desa Gading Permai yaitu Ali Murin, yang sedari awal telah ikut serta mengkondisikan dan mengkoordinasi acara ini di desanya. Selain itu, karena daerah Kampar sangat memegang teguh adat istiadat maka acara ini pun dihadiri oleh tokoh agama yaitu H. Raylus Datuk Besar Khalifah van Kampar, beserta Datuk Adat dan Ninik Mamak Kenegerian Kampar Kiri Hilir. H. Raylus Datuk Besar Khalifah van Kampar juga memberi sambutan dalam acara ini, kedatangan beliau menjadi motivator dan edukator bagi para pemancing/angler bahwa adat istiadat daerah harus tetap dijaga dan dikembangkan di masa yang akan datang. Selanjutnya juga dihadiri oleh perwakilan dari pihak Kepolisian Resor Kampar.
Menurut Arun Kwok, selaku Ketua Pembina ALK Riau bahwa acara ini sangat positif. Disamping bisa menyalurkan hobi memancing, bersilaturahim sesama pemancing, memberi perhatian pada warga tempatan serta penebaran benih ikan patin ke sungai Kampar Kiri sebagai bentuk dan cara menjaga ekosistem perairan. Pembina ALK juga sangat terkesan dengan acara yang diselenggarakan oleh Tim Panitia, yang diketuai oleh Rio Decaprio yang didukung oleh jajaran pengurus ALK Riau.
“Paling berkesan bagi saya adalah sambutan masyarakat dan warga bersama panitia yang menyediakan acara makan bersama ala Kampar yaitu Makan Bajambau, dengan menu gulai ikan baung dan gulai umbut rotan (red: beberapa daerah menyebut umbut rotan ini dengan nama pangkek atau pakkat). Makanan seperti gulai umbut rotan ini tidak akan pernah kita jumpai di kota dan rumah makan biasa. Tentu ini luar biasa!” demikian dilanjutkan oleh Arun Kwok.
“Acara seperti ini bisa dikembangkan dalam berbagai bentuk kegiatan sosial, bukan hanya sekedar memancing, tetapi juga menjalin kedekatan dengan warga tempatan, ikut menjaga ekosistem alam sehingga menjadi nilai tambah dalam setiap kegiatan mancing bareng yang ditaja oleh komunitas.” Demikian pungkasnya. (hf)
Visualnya dapat dilihat pada link video youtube berikut: https://youtu.be/Qx9Re4tlO5U