Padang (14/04/2023) – Tadarus Puisi yang diselenggarakan Forum Perjuangan Rumah Seniman dan Budayawan (FPRSB) Sumatra Barat, sebagai pengganti Panggung Ekspresi setiap tanggal 13, dan tausiah budayawan Dr. Yulizal Yunus diakhiri dengan buka bersama di Laga-laga Taman Budaya Sumbar, Kamis sore (13/4) kemarin.
Pada Tadarus Puisi, tampil beberapa master of poetry reading yang malang melintang dari panggung ke panggung di beberapa kota, dan luar negeri seperti, Andria C. Thamsin, Zamzami Ismail, Dadang Leona, Fauzul El Nurca, Syarifuddin Arifin, Lismomon Nata, Shofwan Karim Elha, Muslim Noer, dan Yeyen Kiram. Bahkan koreografer Deslenda dan Filhamzah, serta filmmaker Bambang Art ikut tampil membaca sajak-sajak religius yang terkadang bernada protes karya Taufiq Ismail, Rendra, Gus Mustafa Bisri, Syarifuddin Arifin dan karya sendiri.
Dalam tausiahnya, Yulizal Yunus mengatakan puisi adalah pengajaran penuh hikmah ke jalan yang lurus, berkata benar. Tidak hanya berkata tapi tidak mengikuti apa yang dikatakan. Maka hasilnya menjadi haram. “Semoga karya-karya selanjutnya menciptakan karya agung yang merujuk pada Al Qur’anulkarim,” kata Yulizal Yunus yang juga dosen UIN Imam Bonjol Padang ini.
Menurutnya, kegiatan tadarus puisi yang benar tentu harus kritis menyelami dan mengeruk makna puisi yang Agung, tidak hanya puisi kamar atau khayalan (rekaan) semata. Mengutip Surat Syu’ara ayat 22 dikatakan ada 4 cara mengapresiasi puisi Agung tersebut, yakni keimanan penyair, amal saleh, zikir, yakni penyair yang lidahnya banyak menyebut nama Allah SWT dan sabar, yakni penyair yang mendapat reward, kemenangan setelah menderita kezaliman dan dizalimi.
Sebaliknya Surat Syu’ara ayat 224-226 jelas tidak menyukai puisi rekaan semata dengan ciri nilainya yakni sesat, penyair yang sesat akan selalu diikuti orang-orang sesat. Khayalan tak terarah, yang terus menerus mengembara ke berbagai lembah, dan munafik tidak sesuai kata dengan perbuatan. Selalu mengatakan sesuatu yang tidak bisa ia lakukan.
Itulah sebabnya, tadarus puisi yang banyak diselenggarakan pada bulan suci Ramadan ini, sesungguhnya lebih memilih dan menekankan pada sajak-sajak religius, dan panduan terhadap Puisi Agung yang membawa ke jalan yang benar.
Pada bagian lain, ketua Yayasan Pusat Kajian Budaya Minangkabau, Dr. Shofwan Karim Elha yang ikut berpartisipasi baca puisi mengatakan kegiatan ini perlu terus menerus dilaksanakan, karena penyair yang menulis dan mengikuti apa yang ia tulis adalah penyair agung, sebagaimana yang disebut Yulizal Yunus di atas. (if/An)
Penulis: Hermawan (Dosen PBSI Rokania)