Refleksi Jum’at: Petunjuk, Yang Tidak Memberi Petunjuk
Oleh: A. U. Chaidir
Petunjuk Jalan
Apabila kita hendak berpergian ke suatu tempat/tujuan yang belum pernah kita kunjungi, tentu kita sangat memerlukan informasi, peta penunjuk jalan, keterangan-keterangan terkait dengan perjalanan yang akan kita lakukan tersebut. Informasi, petunjuk dan keterangan itu sangat penting dan sangat diperlukan untuk memandu perjalanan kita supaya lancar, tidak tersesat, tidak mengambil jalan terlarang dan supaya selamat sampai ditempat tujuan.
Begitu pula halnya dengan perjalanan hidup manusia, kita sangat memerlukan petunjuk untuk dijadikan panduan, agar kita tidak tersesat atau menempuh jalan yang terlarang, agar selamat dunia/akhirat.
Al-Quran Sebagai Petunjuk
Pada hakikatnya kehidupan yang tengah kita jalani ini adalah proses perjalanan menuju satu tujuan akhir yang bernama kampung akhirat atau otw (on the way) menuju akhirat, istilah orang sekarang. Supaya kita manusia ini selamat atau tidak tersesat dalam menjalani kehidupan di dunia menuju akhirat tersebut, Allah Sang Pencipta telah membekali hamba-Nya dengan sebuah petunjuk berupa Al-Qur’an, yang diturunkan-Nya dengan perantaraan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya Muhammad SAW untuk disampaikan kepada manusia, guna dipedomani.
QS Al-Baqarah, ayat 185:
Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dengan yang batil).
QS Al-Baqarah, ayat 2:
Al-Quran itu tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Pendekatan Al-Quran
Untuk mendapatkan petunjuk dimaksud, kita harus mengerti dan memahami pula terlebih dahulu arahan, pesan, perintah serta larangan yang ada dalam petunjuk itu. Terkait dengan pemahaman terhadap petunjuk dimaksud, mau tidak mau kita harus bersentuhan atau berinteraksi dengan Al-Quran sumber petunjuk itu, untuk dapat diamalkan, diaplikasikan sebagai acuan dalam perjalanan hidup ini.
Dalam persentuhan/interaksi dengan Al-Quran ini, setidaknya ada empat langkah pendekatan yang dapat kita lakukan, antara lain. :
Langkah pertama, membaca dengan menggunakan pendekatan kaidah bacaan, yang mencakup makharijul huruf, tajwid, maqam, nagham dan seterusnya. Pada tahap awal ini, kita sudah membaca Al-Quran dengan baik dan benar, akan tetapi belum lagi mengerti makna dari ayat-ayat yang dibaca, baru sekedar membaca.
Langkah kedua, membaca dengan pendekatan terjemahan secara harfiah, belum mendalam, namun kita sudah mulai mengerti arti dari suatu ayat secara harfiah.
Langkah ketiga, membaca Al-Quran melalui pendekatan tafsir. Dengan pendekatan tafsir ini, kita akan dapat mengerti dan memahami secara lebih utuh akan pesan-pesan Allah swt yang termaktub didalam kitab-Nya.
Langkah keempat, tahap pendalaman dan pemaknaan terhadap ayat-ayat Al-Quran, yang tidak hanya yang tersurat saja akan tetapi juga makna tersirat yang mendalam, yang terkandung didalamnya.
Quotes ulama:
Satu ayat yang kamu fahami, lebih baik dari pada seribu ayat yang kamu hafal. Satu ayat yang kamu amalkan, lebih baik dari pada seribu ayat yang kamu fahami.
Mekanisme:
Al-Quran itu baru akan dapat memberi efek atau bermanfaat, petunjuk kepada kita, kalau kita bersentuhan atau berinteraksi dengannya, melalui langkah-langkah pendekatan seperti tersebut diatas. Sepanjang kita tidak berinteraksi dengan Al-Quran, maka Al-Quran itu hanya menjadi potensi belaka, ia hanya menjadi Petunjuk, Yang Tidak Memberi Petunjuk.
Oleh karena itu, jangan merasa cukup dan puas, karena sudah bisa membaca Al-Quran di peringkat pertama, karena di level ini kita hanya baru bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar dari aspek kaidah tajwid tetapi belum tahu makna.
Naiklah ke level dua, ketiga dan seterusnya. Semakin tinggi level interaksi kita dengan Al-Quran, maka semakin dalam pula pemahaman kita terhadap pesan-pesan dan makna yang dikandungnya.
Namun kenyataan menunjukan, bahwa kebanyakan dari warga masyarakat kita dalam berinteraksi dengan Al-Quran ini baru berada pada tataran bisa membaca saja (level pertama). Apakah itu salah? Tidak, itu tidak salah. Hanya saja kalau kita tidak meningkatkan level pendekatan, interaksi kita dengan Al-Quran, kita akan kehilangan substansi dan fungsi Al-Quran itu sebagai petunjuk.
QS Al-Fatihah, ayat 6, 7 :
Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan yang sesat.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa:
✓ Kehadiran kita dimuka bumi ini adalah atas kehendak dan ciptaan Allah SWT.
✓ Pada hakikatnya kehidupan yang tengah dijalani ini adalah proses perjalanan (otw) kembali kepada-Nya.
✓ Supaya kita selamat, tidak tersesat dan tidak menempuh jalan yang terlarang, Allah telah membekali kita dengan sebuah petunjuk, berupa Al-Quran.
✓ Al-Quran itu baru akan memberi efek, petunjuk, apabila kita bersentuhan atau berinteraksi dengannya.
✓ Sepanjang kita tidak bersentuhan dengan Al-Quran, maka sepanjang itu pula Al-Quran tidak akan memberi efek dan petunjuk kepada kita.
✓ Come back to the Koran/عد الی القران
Pekanbaru, Jum’at, 22 Agustus 2025.