Pasir Pengaraian (27/02/2023) – Tepat pada Kamis (23/02) saya menerima kiriman foto klipingan koran Riau Pos dan sebuah twibbon dari “Dinda” Ismail Hamkaz Dt. Podano Montoi (saya panggil Dinda karena lebih muda dari sisi usia, walaupun dalam hal ilmu agama dan kebudayaan beliau lebih tua dan beliau juga sudah dinobatkan sebagai Tokoh Budaya Riau). Isinya tentang ajakan untuk menyukseskan MTQ ke-23 Negeri Seribu Suluk, dan twibbon-nya tentang ucapan selamat dan sukses untuk acara MTQ yang diadakan oleh Kabupaten Rokan Hulu ini.
Tulisan di kolom Koba Rokan, hal. Pro Riau, hal. 16, Riau Pos (22/02), adalah kolom khusus tentang Rokan Hulu yang ditulis oleh Ismail Hamkaz Dt. Podano Montoi. Uniknya artikel di sini ditulis dalam bahasa Melayu dialek Kepenuhan. Umumnya dimengerti dengan baik oleh masyarakat yang paham dengan bahasa Melayu di serantau Rokan ini. Apa intinya? Menurut tulisan tersebut bahwa diharapkan kepada masyarakat Negeri Seribu Suluk bisa menjalankan dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung pada Al-Quran dalam kehidupun kita sehari-hari.
Selain itu adalah ajakan untuk menyukseskan gala MTQ XXIII Tingkat Kabupaten Rokan Hulu dengan tema “Dengan Membumikan Al-Quran di Kabupaten Rokan Hulu, Kita Songsong Masyarakat yang Maju dan Sejahtera”. Acara telah dibuka pada Kamis malam (23/02/2023) dengan berbagai kegiatan dan hiburan di Astaka Pematang Baih. Pembukaan langsung dilakukan oleh H. Sukiman selaku Bupati Rokan Hulu, Riau.
Kegiatan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XXIII ini diikuti oleh kafilah dari 16 kecamatan yang ada di Rokan Hulu (Rohul). Lama kegiatan sekitar 5 (lima) hari mulai 23 – 27 Februari 2023. Jenis cabang musabaqah yang diperlombakan antara lain Cabang Seni Baca Al- Quran, Cabang Qira’at, Cabang Hafalan Al Quran, Cabang Fahmil Quran, Cabang Syahril Quran dan Cabang Seni Kaligrafi Al Quran. Sesuai jadwal maka hari ini Senin (27/02/2023) acara MTQ XXIII Tingkat Rohul ini pun akan berakhir. Di sini saya tidak akan membahas hasilnya atau para pemenang dan penghargaan yang didapatkan.
Ada keinginan besar bagi saya dan seluruh lembaga yang kami punyai untuk ambil bagian dalam menyukseskan ajang MTQ ini. Untuk hal ini ke depannya perlu dilakukan suatu penjajakan kerja sama yang dapat dilakukan dengan tujuan memeriahkan event seperti ini. Saat bicara tentang peran kampus dalam acara seperti ini, sampai saat ini adalah dengan menghadiri undangan pembukaan/penutupan, kemudian membuat twibbon ucapan untuk ikut menyukseskan acara. Seperti twibbonizer ini: https://twb.nz/mtqxxiii . Begitu pula lembaga dan individu lain juga ada yang membuat demikian.
Menurut pendapat saya bahwa ada peluang kerja sama untuk saling mengisi dalam cara ini. Misalnya saja pihak Kampus Rokania memiliki Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) Al Madani yang dapat dibawa ikut serta. Apakah sebagai anggota panitia, pengisi acara, peserta dan sebagainya. Tentu saja hal ini memerlukan proses untuk menjalin nota kesepahaman antara pihak yang terlibat. Dan itulah yang mestinya dilakukan jauh sebelum waktunya. Melibatkan institusi atau unit di lembaga pendidikan yang ada di Rokan Hulu akan lebih baik dan meriah. Kabupaten Rokan Hulu memiliki beberapa perguruan tinggi yaitu STKIP Rokania (sedang dalam proses menjadi Universitas Rokania atau URA), Universitas Pasir Pengaraian (UPP), Institut Sains Al Quran (ISQ) Syekh Ibrahim, dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tuanku Tambusai.
Kemudian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan acara MTQ Tingkat Kabupaten ini. Ini hanya sebagai usulan, bahwa jauh sebelum acara dilaksanakan alangkah lebih baiknya ada acara sosialisasi oleh pihak berkenan kepada kampus-kampus untuk mencari masukan-masukan demi menjadikan ajang ini sebagai promosi daerah dan pengembangan sumber daya manusia.
Selain masukan juga perlu ada kritik yang konstruktif sehingga acara ini berbobot dan dapat pula memicu peningkatan gairah perekonomian daerah. Saat ini sedang populer istilah gagasan, narasi dan literasi. Hal ini dapat pula dijadikan momen untuk mengemukakan hal-hal tersebut. Ada kritik sedikit tentang literasi yang digunakan oleh beberapa media dan bahkan pada baliho-baliho yang dipasang di berbagai sudut wilayah. Misalnya tentang penulisan MTQ XXIII, masih ada yang menulis MTQ ke-XXIII yang tidak sesuai dengan PUED (Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan). Lebih baik ditulis sebagai MTQ Ke-23 dengan angka Arab, atau menggunakan angka Romawi untuk bilangan tingkat menjadi MTQ XXIII Tingkat Kabupaten Rokan Hulu.
Ini hanya sekedar kritikan ringan saja namun perlu bagi kita, apalagi sebagai pihak yang berwenang yaitu pemerintah daerah, dapat memberikan contoh terbaik bagaimana menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Konon bahwa Bahasa Indonesia berasal dari bahasa lingua franca yang berkembang di Riau, sehingga dalam gagasan berbahasa maka Rokan Hulu yang juga bagian dari Riau hendaknya lebih maju selangkah dalam menggunakan literasi.
Apapun itu ini hanyalah sebagai masukan positif untuk penyelenggaraan berbagai acara di Rokan Hulu dari tahun ke tahun. Tahniah buat panitia MTQ XXIII Tingkat Rokan Hulu yang telah selesai melaksanakan ajang hebat ini. Sukses buat para pemenang!
Penulis: Hasrijal Farmaduansa (pengamat literasi)