Tulisan ini pernah terbit di koran Riau Pos, edisi Minggu, 7 Desember 2014, hal. 35. Yaitu tentang keinginan seorang anak untuk ikut memancing bersama orang tuanya. kebetulan pula sang anak ini hobi memancing. Hubungannya dengan saat ini adalah anak-anak sekolah mulai menjelang liburan kenaikan kelas. Berbagai tujuan nanti direncanakan untuk mengukir kebersamaan dengan anak. Biasanya tempat-tempat wisata menjadi tujuan. Namun di sini jika memiliki anak hobi memancing maka liburan ini dapat dibawa ikut serta anaknya untuk memancing. Sekalian mengenal kehidupan alam dan menanamkan cinta lingkungan.
Berikut salinan artikelnya:
Ini kisah Nofriadi, seorang angler dari Pangkalankerinci, Pelalawan. Salah seorang anak lelakinya yang sulung masih berumur 11 tahun memiliki hobi yang sama yaitu memancing. Mungkin hobi ini menular dari ayah kepada anak. Namun bagi Nofriadi, hobi memancing si anak adalah hal yang positif. Sebab jika dibandingkan dengan hobi main game online di warnet malah bisa berbahaya baginya. Sehingga Nofri mendukung penuh hobi memancing si anak. Dan akhir-akhir ini si Fathur (nama anak) sudah menggandrungi teknik kasting.
Namun hobi memancing sang anak ini memiliki konsekuensi lain yang mesti diperhatikan. Karena perkembangan kota dan hunian penduduk menyebabkan spot memancing sudah semakin jauh. Sehingga untuk pergi memancing harus dilakukan pada hari-hari libur, terutama hari libur sekolah. Untuk membiarkan sang anak pergi sendiri tentu sangat berisiko, sehingga Nofriadi mesti menyediakan waktu untuk memancing bersama. Jika tidak maka setiap hari dia selalu ditagih oleh Fathur (si anak sulung) untuk memancing.
Telah dua minggu berturut-turut Fathur menagih ayahnya untuk pergi memancing. Sampai hari Minggu (19/10/2014) lalu Nofriadi mau berangkat memancing ke luar kota Pangkalankerinci, tiba-tiba si Fathur minta ikut. Awalnya tidak dibolehkan karena jauh namun karena bersama Nofri ikut pula Andi Dian Purwo, yang tidak lain adalah paman dari Fathur, maka terpaksa diizinkan juga. Kemudian ikut pula Firdaus bersamanya, sehingga dalam trip memancing itu mereka berjumlah empat orang.
Pada awalnya mereka sudah memikirkan sebuah spot kasting toman yang sudah diinformasikan oleh temannya yang lain. Namun pada saat dikunjungi hari itu ternyata spot yang dimaksud sedang diobok-obok oleh ekskavator. Yaitu beberapa alat berat perusahaan sedang bekerja memperbaiki kanal. Sehingga tidak memungkinkan untuk dikasting. Airnya keruh dan tidak ada tanda-tanda keberadaan toman. Akhirnya diputuskan untuk pindah spot ke tempat lain.
Tempat yang dituju adalah sebuah spot sekitar 60 km dari kota Pangkalankerinci. Sesampainya di spot baru itu mulailah mereka mengambil posisi masing-masing. Tiap pemancing mengatur jarak di antara mereka untuk bisa melempar umpan. Karena memancing dengan teknik kasting haruslah memiliki ruang yang cukup di antara pemancing. Hal ini gunanya untuk menghindari jika hook dan umpan tidak mengenai pemancing yang lainnya. Sebab jika terkena maka cukup susah untuk menanggalkan hook yang tajam itu dari kulit.
Mereka pun mulai melempar pancing, dalam istilah umumnya disebut menguncal. Kemudian tidak kurang beberapa menit M Firdaus mendapatkan strike pertama. Ternyata ikan toman yang cukup besar. Setelah ditimbang beratnya 2 kg. Umpan yang digunakannya adalah sejenis minnow, yaitu artificial lure berbetuk ikan kecil. Lalu tidak berapa lama setelah itu kembali Firdaus strike yang kedua. Sepertinya Firdaus cukup piawai menentukan titik uncal, yaitu titik yang diperkirakan ada ikan tomannya. Sementara Nofri, Andi dan Fathur masih belum mendapatkan apa-apa.
Karena belum merasakan strike, maka Nofriadi, Andi dan Fathur makin meningkatkan frekuensi uncalnya. Berbagai cara dan teknik uncal pun dilakukan. Termasuk menggunakan umpan jumpfrog yang dibuat tangan (handmade) oleh Wahbi Barsa, seorang pemancing toman di Pangkalankerinci. Semua dilakukan supaya ikan mau memangsanya. Biasanya untuk kasting toman dapat menggunakan umpan seperti buzzbait, minnow, jumpfrog, dan spinner. Ini tergantung kedalaman dan kondisi air. Jika airnya dalam dan tidak banyak tumbuhan air atau ranjau-ranjaunya maka bagus menggunakan minnow dan spinner. Namun untuk kasting di permukaan air maka dapat menggunakan buzzbait dan jumpfrog.
Setelah berusaha semampunya akhirnya Nofriadi dan Andi pun merasakan strike toman berturut-turut. Toman yang didapat ukurannya seragam. Alhasil, pada trip kali itu mereka berhasil mendapatkan empat ekor toman. Yaitu dua ekor oleh Firdaus dan masing-masing satu ekor oleh Nofriadi dan Andi. Sementara si Fathur, si Anak Sulung itu, tidak mendapatkan apa-apa untuk hari itu. Dia hanya kebagian saat berfoto saja.
Namun akibat si Fathur tidak merasakan strike toman, dia pun menagih kembali untuk kasting pada minggu selanjutnya. Dia berkata, “Ayah! Minggu depan kita ke sana lagi ya, soalnya Fathur belum pernah merasakan strike toman. Kalau gabus sudah sering.” Mendengar keluhannya ini membuat hati sedikit iba. Sambil tersenyum Nofriadi mengiyakan permintaan si Sulung. Ini artinya siap-siap sajalah pada minggu depannya ditagih lagi.
Nofriadi juga mengatakan bahwa memancing baginya selain hobi juga merupakan hiburan di kala hari libur. Banyak orang memanfaatkan hari libur dengan cara yang berbeda, namun baginya yang paling simple adalah memancing. Selain itu memancing juga membuat badan sehat, terutama teknik kasting, akibat gerakan selama kasting berlangsung.
Penulis: Hasrijal Farmaduansa