Pasir Pengaraian (13/07/2022) – Kemarin, tepatnya Selasa (12/07/2022) telah dilaksanakan acara Haul ke-61 Syekh Ibrahim Al Kholidi Naqsabandi di Pasir Pengaraian, kabupaten Rokan Hulu. Acara dilaksanakan secara sederhana di Surau Suluk Syekh Ibrahim Kampung Ngarai, Desa Koto Tinggi, kecamatan Rambah. Ikut hadir Dr. H. Achmad, M.Si. yang merupakan anggota DPR RI Komisi VIII periode 2019 – 2024. Beliau juga mantan Bupati Rokan Hulu dua periode, dan Ketua Pembina Tareqat Naqsabandiyah Rokan Hulu. Beliau pernah dianugerahi penerima penghargaan sebagai Tokoh Pendidikan Rokan Hulu oleh STKIP Rokania. Spesifik lagi beliau juga cucu atau keturunan dari Syekh Ibrahim Al Kholidi Naqsabandi.
Peserta yang hadir dalam acara haul ini adalah para ulama Tuan-tuan Guru / Mursyid Tareqat Naqsabandiyah dari berbagai wilayah seperti Kumpulan di Sumatera Barat, dari Sumatera Utara, dan beberapa daerah di Riau. Hadir juga para pimpinan perguruan tinggi di Riau seperti Rektor Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) Dr. H. Saidul Amin, MA., sekaligus sebagai pemberi tausiah dalam acara ini. Selanjutnya hadir juga Dr. Desmelati, M.Sc. selaku Ketua STKIP Rokania, Dr. Hardianto, M.Pd. (Rektor UPP), dan Hidayati, S.Kom., M.Pd. (Ketua STAI Tuanku Tambusai) serta pimpinan Institut Sains Quran (ISQ) Syekh Ibrahim Pasir Pengaraian.
Acara haul ke-61 atau peringatan atas wafatnya Syekh Ibrahim Al Kholidi Naqsabandi ini dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Quran oleh Qari Internasional dari Rokan Hulu yaitu H. Indra Gunawan, S.Th.I. Beliau ini peraih juara pertama musabaqah tilawatil Quran Internasional tahun 2005 di Kuala Lumpur, Malaysia. Saat ini beliau juga didapuk sebagai Imam Besar Masjid Islamic Centre Rokan Hulu di Pasir Pengaraian.
Selanjutnya ada sambutan dari Dr. H. Achmad, M.Si., yang salah satu poinnya adalah pentingnya mengikuti keteladanan ulama, terutama ulama besar seperti Syekh Ibrahim Al Kholidi Naqsabandi ini. Syekh Ibrahim yang merupakan datuk/kakek beliau dalam upaya penyebaran ilmu agama di berbagai daerah selalu membuat surau dan masjid. Sehingga dalam meneladani ini Dr. Achmad, M.Si., sewaktu menjabat sebagai Bupati Rokan Hulu telah membangun Masjid Agung Islamic Centre di Pasir Pengaraian. Ini adalah masjid yang tergagah dan ikonik se Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa Syekh Ibrahim Al Kholidi Naqsabandi ini dilahirkan di Kampung Sebotih pada tahun 1840M. Kampung Sebotih merupakan kampung lama di tepi sungai yang saat ini sudah ditinggalkan warganya akibat seringnya sungai Batang Lubuh banjir. Warganya pindah ke berbagai kampung atau dusun lainnya seperti Kampung Planet, Kampung Bawah, Kampung Ngarai, Kampung Baru dan Pasir Kota Baru Tengah. Dahulu ada 4 kampung yang berdekatan dan masuk dalam wilayah yang disebut Dusun Pasir Kota Baru, yaitu Kampung Sebotih, Kampung Baru, Kampung Mesjid dan Pasir Kota Baru Tengah.
Syekh Ibrahim membuat sebuah surau suluk di Kampung Sebotih yang bernama Surau Tua. Surau ini berlantai dua dan digunakan untuk tempat mengajarkan ilmu agama termasuk kegiatan dari tareqat Naqsabandiyah. Selanjutnya Syekh Ibrahim pernah berpindah-pindah dalam rangka mengajarkan ilmu agama. Beliau pernah membuat masjid di Tanjung Belanti, Pasir Pengaraian, yang bernama Masjid Payung Sekaki. Sekarang masjid tersebut bernama Masjid Raya Pasir Pengaraian. Kemudian pernah pula pindah di Nogori Pasirpengaraian dan membuat Surau Suluk Baru di sana (sayangnya sekarang sudah terkikis akibat erosi sungai Batanglubuh). Sebagian lokasi tersebut sekarang merupakan rumah pribadi Dr. H. Achmad, M.Si.
Selanjutnya menurut sejarah yang dibacakan oleh Dr. H. Novrizal, MH., salah seorang keturunan beliau, bahwa Syekh Ibrahim juga pernah membangun Surau Suluk Bongsu di Pasir Torong. Selain membangun surau suluk, beliau juga pernah membangun bendungan di Tanjung Berani. Hal ini dilakukan beliau selain sebagai pemuka agama juga seorang yang gemar bertani. Beliau memiliki dua istri dengan sembilan anak. Keturunan beliau adalah orang-orang yang sangat peduli dalam pengembangan agama Islam, terutama di Rokan Hulu.
Sepeninggal Tuan Guru Syekh Ibrahim Al Kholidi Naqsabandi, kegiatan sebagai ulama atau Tuan Guru diturunkan kepada anaknya yang bernama Minu. Kemudian diturunkan lagi kepada cucunya yang bernama Ibnu Hajar, yang diberi gelar Khalifah Ibrahim. Selanjutnya setelah Tuan Guru Ibnu Hajar wafat, kepemimpinan Surau Suluk Syek Ibrahim ini diturunkan pula kepada anaknya yang bernama Mukhlis (Holis) sampai dengan saat ini. Tuan Syekh Ibrahim juga berteman dekat dengan Tuan Guru Syekh Ismail di Surau Gading. Dalam berdakwah mereka berbagi tugas dan wilayah. Wilayah masyarakat yang berbahasa Mandailing dipimpin oleh Tuan Guru Syekh Ismail sedangkan yang berbahasa Melayu Rambah oleh Tuan Guru Syekh Ibrahim.
Kembali pada acara Haul ke-61 ini, Dr. H. Saidul Amin, MA., yang didaulat sebagai pentausiah saat itu menjelaskan banyak hal terkait dengan pengetahuan tentang sufiisme dan ilmu tasauf. Pokok-pokok yang disampaikan beliau sangat jelas dan terukur. Salah satunya adalah tentang pengertian syariat, tariqah dan suluk. Ketiga poin tersebut memiliki arti harfiah yang sama yaitu “jalan”. Syariat merupakan jalan zahir (red: nyata). Sementara tariqah (red: tarekat) merupakan jalan batin. Sedangkan suluk merupakan pengamalan dari syariat dan tariqah tersebut. Orang yang bersuluk disebut “salik”. Kegiatan suluk dapat dilakukan selama 10 hari dan ada pula yang 40 hari.
Demikianlah lebih kurang poin-poin penting yang disampaikan dalam acara haul tersebut. Banyak sekali pesan moral dan keteladanan yang diceritakan dalam kisah hidup Tuan Syekh Ibrahim Al Kholidi Naqsabandi yang tidak tertuliskan di sini. Begitu pula poin-poin dalam sambutan yang disampaikan oleh Dr. H. Achmad, M.Si. dan tausiah oleh Dr. H. Saidul Amin, MA. Dapat disimpulkan bahwa keteladanan Syekh Ibrahim dalam menjalankan dakwah, terutama tareqat Naqsabandiyah sangat perlu diingat dan ditiru. Mudah-mudahan ini adalah jalan bagi umat untuk meraih surga Allah SWT.
Penulis: Hasrijal,S.Si., MM.