Pasir Pengaraian (28/03/2023) – Sekolah Dasar terpencil di mana pun berada tetap berhak mendapatkan layanan pendidikan dari pemerintah. Berbagai program telah dilakukan atas bimbingan pihak Kemdikbudristek. Salah satu program tersebut adalah Kampus Mengajar, yang saat ini sudah berjalan sampai tahap ke-5 (KM-5). Salah satu perguruan tinggi di Kab. Rokan Hulu, yakni STKIP Rokania (yang dalam proses perubahan bentuk menjadi Universitas Rokania) selalu ikut program tersebut. Untuk tahap ke-5 ini ada sebanyak 9 orang (dari 4 Prodi) yang lulus mengikuti program ini. Kemudian satu orang lagi lulus sebagai Dosen Pendamping Lapangan (DPL).
Salah satu DPL yang ikut melakukan pendampingan adalah Detri Amelia Candra, M.Kom, penulis sendiri, yang bertugas di SD Negeri 15 Rokan IV Koto. Ada 4 mahasiswa yang menjadi bimbingan DPL di SD Negeri 015 Rokan IV Koto yakni Lailani dari Prodi PBSI Rokania, Mitra Hayrudin dari PJKR Rokania, Lara Julia Tri Santika dari Pendidikan Kimia Universitas Riau dan Renjza Musafriah dari Pend. Kimia Universitas Islam Riau, Pekanbaru.
Berbagai permasalahan yang dirasakan oleh penulis saat melaksanakan tugas ini memang cukup berarti. Kondisi SD Negeri 015 Rokan IV Koto ini cukup terpencil. Jalan akses menuju lokasi sekolah pun sangat buruk. Bukan hanya itu saja, permasalahan tenaga listrik sangat jauh dari cukup. Listrik yang digunakan oleh masyarakat merupakan PLTA sederhana yang dibuat sendiri oleh masyarakat sendiri. Namun daya listriknya lemah. Bahkan untuk mengoperasikan satu proyektor (infokus) pun masih belum sanggup. Hanya saja tenaga listrik tersebut dibantu lagi oleh satu buah genset.
Bukan hanya itu, ternyata sinyal ponsel dan paket data di sana merupakan keterpencilan tersendiri lagi, tepatnya keterpencilan dari dunia informasi. Untuk mendapatkan tempat yang ada sinyalnya haruslah pergi ke daerah yang bernama Puncak yaitu posisi yang tinggi. Bisa memakan waktu 1 – 2 jam berkendaraan roda dua. Padahal sinyal ponsel dan data sangat diperlukan untuk mengirimkan laporan kegiatan mahasiswa. Juga untuk mata pelajaran tertentu bagi siswa yang menggunakan internet.
Setelah melihat dan mengalami kondisi keterpencilan tersebut penulis menjumpai beberapa usulan sebagai solusi dari permasalahan di sana. Pertama, permasalahan akses jalan, yang tentu saja pihak sekolah tidak akan sanggup mengerjakan ini. Dan hal ini telah dilaporkan oleh Kepala Sekolah kepada pihak berwenang seperti Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Kadisdikpora). Langkah ini penulis rasa sudah sewajarnya untuk dilakukan perbaikan jalan tersebut. Selain itu juga penulis merasa bahwa ada beberapa perusahaan besar di sekitar lokasi yang mungkin bisa bernegosiasi dengan pihak pemkab agar dana CSR (Corporate Social Responsibility) diberikan untuk pembangunan jalan akses yang lebih baik.
Kedua, permasalahan tenaga listrik. Masyarakat sudah berbuat secara swadaya untuk membangun kincir pembangkit listrik. Namun hasilnya tidak mencukupi, karena menghidupkan infokus saja tidak mampu listriknya. Menurut kepala sekolah bahwa hal ini sudah disampaikan kepada atasannya, namun sampai sekarang belum ada tanggapan. Untuk mencukupi arus listrik maka terpaksa menyediakan genset, dan ini akan memakan dana operasional yang besar. Alangkah baiknya pihak PLN bersama pemerintah kabupaten menyediakan infrastruktur listrik ke sekolah tersebut.
Ketiga, permasalahan infrastruktur internet. Kehidupan tanpa sinyal sangat menjadi masalah bagi sistem pelaporan online yang digunakan sebagai bagian dari penilaian kinerja mahasiswa. Untuk ini pihak sekolah bersama masyarakat sekitar telah mengusulkan kepada Pemkab untuk dibangunkan tower internet di sana. Semoga usulan-usulan yang disampaikan tersebut dapat dibaca oleh pihak yang berkompeten dan tentunya direalisasikan segera.
Karena permasalahan tersebut maka mahasiswa KM-5 di SD Negeri 015 Rokan IV Koto terpaksa harus melaporkan kegiatannya seminggu sekali. Yaitu dengan cara keluar menuju Ujungbatu sambil mencari lokasi sinyal yang bagus. Demikianlah beberapa usulan (bukan kritik) untuk dapat dijadikan solusi bagi permasalahan di sekolah-sekolah yang terpencil tersebut.
Penulis : Detri Amelia Candra, M. Kom.
Editor : Hasrijal Farmaduansa, S.Si., MM.