Dalam suatu kesempatan di awal bulan Ramadan 1444 H lalu saya diminta oleh pimpinan media ini menyampaikan satu paragraf tentang makna puasa bagi saya dan juga pengalaman menjalani awal puasa ini. Lalu berikut ini yang saya sampaikan, “Makna dari puasa adalah menahan diri dan sarana menggapai ketakwaan, di samping itu puasa memfokuskan hati untuk berzikir dan berpikir tentang keagungan dan kebesaran Allah SWT. Kita dituntut harus sabar, semua yang kita dapatkan adalah titipan. Kita harus menyadari bahwa datang dan kembalinya kehidupan itu semua dari Allah SWT. Termasuk yang dialami pada Ramadhan tahun ini tanpa kehadiran sang ayah dalam sahur maupun berbuka. Pendidikan yang dapat dipetik mulai belajar untuk ikhlas.”
Saya ingin melengkapi dengan penjelasan yang saya kutip dari berbagai sumber bahwa makna atau pengertian puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan hal-hal yang membatalkan puasa. Puasa Ramadan hanya diwajibkan dalam bulan Ramadan saja. Hal ini didasarkan dari Al Quran, Surah Al Baqarah Ayat 183:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Artinya, “Hai Orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Ayat ini juga telah menjelaskan dasar kewajiban berpuasa sekalian menjelaskan hubungannya dengan takwa. Jika ingin dianggap bertakwa maka berpuasalah, karena jika tidak berpuasa (puasa Ramadan) berarti bukanlah namanya bertakwa. Kenapa? Karena puasa itu ada di dalam Rukun Islam yang lima perkara sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW (HR Bukhari & Muslim) berikut ini :
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Artinya,”Islam itu didirikan atas lima perkara: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Mendirikan salat, membayar zakat serta naik haji ke Baitullah dan berpuasa di bulan Ramadan (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Itulah dasar kewajiban berpuasa dan hubungannya dengan takwa. Selanjutnya untuk mendapatkan makna yang sebenarnya tentulah harus melaksanakan kewajiban-kewajiban puasa yaitu berpuasa pada siang harinya dan beribadah pada malam harinya. Sebagaimana yang saya maksud di atas yakni memfokuskan diri untuk berzikir dan berpikir akan kebesaran dan keagungan Allah SWT. Berzikir saya maksudkan untuk ibadah-ibadah yang disunatkan dalam bulan Ramadan seperti tarawih, witir, tadarus, zikir dan lain-lain. Sementara berpikir saya maksudkan untuk tetap bertindak dalam jalan yang lurus (jalan syari’at-Nya) atau jangan menyimpang serta merenungkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Besar.
Hikmah dan manfaat puasa salah satunya adalah melatih kesabaran. Namun puasa dan sabar itu sebenarnya seiring sejalan. Sebagaimana yang saya lansir dari halaman islam.nu.or.id dalam sebuah Hadis Riwayat At-Tirmizi dan Ahmad, bahwa:
الصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ
Artinya: “Puasa itu separuh kesabaran”. Bagaimana menjalankan ibadah puasa yang melarang berbagai hal yang selama ini selalu dibolehkan, tanpa kesabaran? Tentu saja tidak mungkin. Sehingga puasa dan sabar itu memiliki kandungan yang sama. Oleh sebab itu, bulan puasa diharapkan dapat mempertebal kesabaran. Dan ini mesti berlanjut dalam sikap dan kepribadian kita sehari-hari. Kesabaran juga diperlukan ketika kita mendapat ujian dan musibah.
Sebagaimana yang saya dan keluarga rasakan, bahwa orang tua (ayahanda) saya berpulang ke Rahmatullah pada 14 Maret 2023 (21 Sya’ban 1444 H) lalu. Sehingga dalam bulan Ramadan kali ini tidak dapat bersama-sama lagi dengan Ayahanda tercinta. Hal ini memberikan kepada saya satu pelajaran hidup lagi selain sabar yaitu ikhlas. Hal ini bermakna bahwa semua yang kita dapatkan termasuk kehidupan itu sendiri adalah titipan dari Allah SWT. Dan ketika Allah SWT mengambilnya kembali maka kita pun harus ikhlas.
Penulis: Abdul Putra Ginda Hasibuan, S.IP., MA. (Waka II STKIP Rokania)