Memahami Permainan Tradisional Lukah Gilo dari Rokan Hulu, Riau
Permainan tradisional Lukah Gilo adalah salah satu warisan budaya yang masih dilestarikan di Rokan Hulu, Riau. Dikenal juga dengan sebutan “Lukah Gilo” atau “Lukah Gila”, permainan ini memiliki nilai historis dan kebudayaan yang tinggi bagi masyarakat setempat.
Lukah Gilo dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari beberapa orang pemain. Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyeberangkan lawan ke sisi yang berlawanan menggunakan batang pohon yang panjang dan berat yang disebut dengan “lukah” atau “tunggul”.
Lukah biasanya dibuat dengan panjang sekitar dua meter dan diameter kira-kira 30 centimeter (namun juga sangat tergantung dari lukah yang dibuat untuk keperluan menangkap ikan besar atau kecil). Menurut bentuknya, lukah dibedakan menjadi dua yaitu ”lukah jarang” dan ”lukah tatal”.
Setiap tim berusaha untuk mengontrol lukah dan mendorong lawan keluar dari lingkaran permainan. Permainan ini memerlukan strategi, keterampilan, serta kekuatan fisik untuk memenangkan pertandingan.
Supaya lukah dipertunjukkan dapat berjalan lancar inilah tahapan pertunjukan lukah gilo sebagai berikut:
- Merokok. Bertujuan untuk mengumpulkan energi, menenangkan diri, dan berkonsentrasi;
- Makan. Udin dan asisten Udin membawa bekal nasi dan lauk-pauk yang mereka masak sendiri dari rumah ketempat pertunjukan;
- Minum. Untuk melepas dahaga dan mengumpulkan energi;
- Membuka tutup lukah. Merupakan tahapan pertunjukan dimulai. Kain hitam penutup lukah dibuka oleh Udin utama. Udin memanggil dua orang asistennya untuk memegang lukah, dan lukah pun kembali ditutup dengan menggunakan kain hitam oleh Udin sambil berkata kepada penonton;
- Mengambil mayang pinang dan memulai pertunjukan. Tahap ketika Udin duduk dihadapan lukah yang akan siap dimainkan sambil berkata kepada dua asistennya, “Dah siap ompun beduo?”, yang artinya, “Apakah sudah siap kamu berdua?” (untuk melakukan lukah gilo sebagai tanda permainan dimulai);
- Membaca mantra perlahan dan cepat. Setelah semua lengkap dan Udin mulai menggoyang-goyangkan mayang pinang ke arah kiri dan kanan sambil membaca mantra lukah gilo;
- Lukah bergerak dan menggila, asisten Udin yang memegang lukah pun ikut bergerak ke manapun arah lukah digerakkan oleh Udin utama;
- Meniup lukah agar lukah berhenti bergerak;
- Menyerahkan lukah kepada penyelenggaraan;
- Minum setelah pertunjukan.
Selain aspek kompetitifnya, Lukah Gilo juga memiliki nilai sosial dan budaya yang penting. Permainan ini sering kali menjadi ajang berkumpulnya masyarakat setempat, baik sebagai pemain maupun penonton. Selama pertandingan berlangsung, terdapat pula suasana yang penuh semangat dan kebersamaan di antara pemain dan penonton.
Meskipun terbilang sederhana, Lukah Gilo memiliki peran yang signifikan dalam memperkuat solidaritas dan kebanggaan masyarakat Rokan Hulu terhadap warisan budayanya. Selain itu, permainan ini juga menjadi salah satu cara untuk menjaga kelestarian tradisi dan mengenalkannya kepada generasi muda.
Dalam era modern ini, permainan tradisional seperti Lukah Gilo dihadapkan pada tantangan dari perkembangan teknologi dan gaya hidup yang berubah. Namun, upaya untuk mempertahankan dan melestarikan permainan ini tetap kuat, baik melalui kegiatan sosial maupun kegiatan edukasi di sekolah dan masyarakat.
Sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia, Lukah Gilo dari Rokan Hulu, Riau, tidak hanya merupakan sebuah permainan, tetapi juga sebuah simbol keberanian, kebersamaan, dan kebanggaan akan identitas lokal. Dengan terus menjaga dan mempromosikan permainan ini, kita dapat memastikan bahwa warisan budaya kita tetap hidup dan terus dihargai oleh generasi mendatang. (Disarikan dari berbagai sumber)
Penulis Artikel: Waldes Ramadani, Silma, Solia, Romaini.