Mendongeng, dalam Pembelajaran Mata Kuliah Sastra Anak
Oleh: Elvina, S.Pd., M.Pd. (Dosen PGSD STKIP Rokania)
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) daring pengertian dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh). Sementara itu “mendongeng” berarti menceritakan dongeng. Kalau dilihat terjemahannya dalam bahasa Inggris, mendongeng itu dikenal dengan storytelling dan dongeng itu sendiri disebut tale.
Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) STKIP Rokania dalam silabusnya mengajarkan pokok bahasan “mendongeng” dalam mata kuliah Sastra Anak. Ini penting dipelajari oleh para mahasiswa yang menjadi calon guru, terutama guru Sekolah Dasar. Tujuannya supaya nanti ketika menjadi guru dapat memberikan pembelajaran kepada anak-anak dengan cara yang menyenangkan. Selain itu juga dapat memudahkan anak-anak memahami karakter yang diceritakan dalam dongeng.
Hasil riset yang pernah dilakukan oleh Dr. Richard C. Woolfson, seorang psikolog anak yang menulis berbagai buku, menunjukkan bahwa dongeng merupakan aktivitas tradisional yang jitu bagi proses belajar dan melatih aspek emosional dalam kehidupan anak-anak. Sebab ketika seseorang masih kanak-kanak, keadaan psikologisnya masih mudah dibentuk dan dipengaruhi. Kegiatan ini, tidak hanya mengaktifkan aspek intelektual, namun juga emosi, seni, imajinasi dan pengembangan karakter. Mendongeng membuat anak atau siswa dapat menginterpretasikan cerita di luar pengalaman yang langsung mereka alami. Dongeng dapat melatih kognisi, afeksi secara inajinatif dan anak-anak akan lebih kreatif. Melalui mendongeng anak akan terlatih berkomunikasi dengan mendengarkan kosa kata dari pendongeng.
Oleh sebab itu, sebagai pengampu mata kuliah Sastra Anak, penulis memandang sangat perlu untuk memberikan bahasan tentang mendongeng ini melalui praktik langsung. Sehingga tujuan yang diharapkan dari mempelajari mata kuliah ini dapat dicapai dengan baik. Lagi pula praktik langsung di panggung dapat membuat mahasiswa menikmatinya dengan cara yang menyenangkan. Bahwa pada praktiknya ini untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan meningkatkan kepercayaan pada diri saat berbicara depan umum serta bermain peran. Mereka bebas berekspresi sesuai dengan karakter yang ada dalam dongeng yang mereka ceritakan..
Alasan itulah yang membuat penulis melakukan ujian praktik mendongeng secara langsung seperti yang dilaksanakan pada Kamis s.d. Jumat (2 – 3 Juni 2022) terhadap para mahasiswa semester 6 yang mengambil mata kuliah Sastra Anak. Sebanyak 41 mahasiswa mengikuti praktik mendongeng ini. Supaya lebih menyenangkan lagi maka acara ujian praktik mendongeng ini penulis taja dalam bentuk lomba. Dewan jurinya ada empat orang, yaitu penulis sendiri Elvina, M.Pd. sebagai pengampu mata kuliah, kemudian berturut-turut Pariang Sonang Siregar, M.Pd., Syahrizal Fadhli, S.Sn., dan Nauli Tama Sari, S.Pd.
Hasil penilaian yang dilakukan oleh Dewan Juri memenangkan Muhammad Dedi Saputra sebagai Juara Pertama. Dongeng yang dilakonkannya didasarkan pada cerita rakyat dari daerah asalnya sendiri. Penulis merasa terkesan dengan ungkapan mahasiswa ini setelah memenangkan Juara Pertama. Dia menuliskan pendapatnya yang dimulai dengan sebuah pertanyaan, “Manfaat mendongeng dalam pembelajaran apa?”
Kemudian dijelaskannya, “Setelah melalui prosesnya, barulah kita tahu arti keberadaanya. Metode pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dapat dikerjakan dengan menggunakan dongeng sebagai medianya. Manfaat atau tujuan dasar materi ajar akan tersampaikan secara tidak Iangsung melalul jalannya cerita dari awal sampai akhir, sehingga tidak perlu terlalu menggurui siswa. Setiap anak memerlukan pengembangan imajinasi. Tanpa itu akal pikiran akan menjadi pasif, buntu, sehingga tidak terbiasa atau terlatih untuk memecahkan beragam masalah dalam kehidupan. Dan masih banyak lagi manfaat dari keterampilan Mendongeng ini. Di sinilah kami sebagai calon guru dilatih untuk bisa memiliki keterampilan sehingga menjadi guru profesional kelak.”
Selanjutnya atasan penulis, Pariang Sonang Siregar, M.Pd., selaku Ketua Prodi PGSD, memberikan pencerahan yang sangat inspiratif. Begini katanya: “Apakah tebersit menjadi guru SD itu mudah, hanya mengajar calistung saja? Jawabannya Tidak. Guru SD disamping mengajar secara profesional dan menyenangkan juga dituntut multitalenta, karena di SD tidak ada guru bidang studi. Yang ada guru kelas. Semuanya nanti guru kelas yang mengkoordinirnya. Teruslah belajar, berproses dan semangat menggali potensi dan bakat untuk bekal menjadi guru SD yang kreatif, inovatif dan bertalenta.”
Selain para mahasiswa yang menjadi calon guru, para dosen juga merasakan manfaat dari mengajar dengan cara praktik langsung ini. Ini adalah pengalaman nyata dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kreativitas tenaga pendidik boleh dikatakan juga akan menginspirasi para mahasiswa untuk tetap kreatif. Zaman sekarang sudah banyak media yang mendukung proses pembelajaran ini. Kreativitas pendidik menggunakan media sejalan dengan kemajuan dalam mengembangkan proses pendidikan itu sendiri. Semoga bermanfaat!
Berikut ini video visual para mahasiswa yang ikut mendongeng: