Mengurai Kusut dari Pangkal
Menelusuri Akar Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam Pasca Wafatnya Rasul
oleh : A. U. Chaidir
Secara sederhana risau ialah perasaan atau suasana hati yang tidak nyaman. Ia bisa muncul dalam bentuk rasa gelisah, kecewa, khawatir, cemas, takut dan depresi. Perasaan seperti ini tidak bisa dihindari oleh siapapun — penulis, pembaca, dan semua orang — karena begitulah realitas kehidupan ini.
Satu hal yang merisaukan penulis, ialah berkenaan dengan fenomena perbedaan aliran/mazhab dalam agama kita, agama Islam, yang terjadi ditengah-tengah ummat. Yang dirisaukan bukanlah perbedaannya itu sendiri, karena perbedaan itu adalah suatu keniscayaan. Tetapi yang mengkhawatirkan adalah respon, reaksi, sikap dan pemahaman masyarakat terhadap perbedaan tersebut.
Karena ia tidak jarang menimbulkan:
– Gesekan-gesekan atar kelompok;
– Saling tuding, menyesatkan hingga mengkafirkan;
– Bahkan sampai konflik fisik.
Menelusuri Akar Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam
Untuk memahami mengapa ummat Islam memiliki beragam aliran atau mazhab pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW — mari kita coba menelusurinya melalui pendekatan sejarah. Ketika itu ummat Islam menghadapi berbagai tantangan sosial, politik dan teologis, yang kemudian melahirkan berbagai aliran pemikiran, mazhab dalam Islam.
Faktor-Faktor Pemicu Lahirnya Aliran-Aliran Dalam Islam
- Perselisihan Politik
Setelah wafatnya Rasulullah, terjadilah perselisihan tentang siapa yang paling berhak untuk menjadi Khalifah. Ini menimbulkan perpecahan antara kelompok Ali bin Abi Thalib (kelak yang menjadi Syi’ah) dengan kelompok Abu Bakar, Umar, Utsman (kelak yang menjadi Ahlussunnah). Konflik ini awalnya bersifat politik, tapi akhirnya berkembang menjadi konflik teologis.
- Perbedaan Penafsiran Terhadap Ajaran.
Tidak semua sahabat dan generasi sesudah beliau, dalam memahami nash Al-Quran dan Hadits dengan cara yang sama. Perbedaan tafsir ini akhirnya membentuk pemikiran yang berbeda tentang akidah dan hukum.
- Masuknya Filsafat Yunani dan Pengaruh Budaya Asing
Ketika Islam meluas sampai ke Persia dan Romawi serta penjuru dunia lain, terjadilah pertemuan atau persinggungan antara ajaran Islam dengan filsafat Yunani dan budaya asing lainnya. Pertemuan/persinggungan inilah yang mendorong kepada “diskusi-diskusi lebih rasional” dalam membahas sifat-sifat Tuhan, kehendak bebas, dan keadilan Ilahi.
Beberapa Aliran dan Tokoh Kunci dalam Sejarah Islam
- Syi’ah.
Lahir sekitar tahun 661M (setelah Ali bin Abi Thalib wafat).
Tokoh: Abdullah bin Saba’.
- Khawarij.
Sekitar tahun 658 M, setelah perang Shiffin.
Tokoh: Tidak ada yang dominan.
.• Murji’ah.
Akhir abad 1 H, awal abad 2 H.
Tokoh: Ghulam Marwan, Hasan bin Muhammad.
- Mu’tazilah.
Awal abad ke-2 H.
Yaitu di zaman dinasti Umayyah — berkembang di era dinasti Abbasiyah.
Tokoh: Wasil bin ‘Atha’.
- Asy’ariyah.
Lahir sebagai reaksi terhadap rasionalisme ekstrim Mu’tazilah.
Tokoh: Abu Hasan Asy’ari.
Mazhab Fikih dan Tokoh Besarnya
Selain aliran kalam ada pula mazhab fikih yang berkembang berdasarkan pendekatan ijtihad terhadap hukum syari’at:
Mazhab Hanafi — Imam Abu Hanifah.
Mazhab Maliki — Imam Malik bin Anas.
Mazhab Syafi’i — Imam Syafi’i.
Mazhab Hambali — Imam Ahmad bin Hanbal.
Bagaimana Sikap Kita Terhadap Perbedaan Dalam Islam
- Pahami, bahwa perbedaan adalah bahagian dari kekayaan.
Perbedaan dalam mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali), lahir dari perbedaan ijtihad ulama, bukan karena niat memecah-belah ummat. Sabda Rasullullah: “Ikhtilafu umnati rahmah“.
Dengan demikian, kita hendaklah:
* Menghormat ijtihad para ulama;
* Tidak menganggap mazhab yang kita anut yang paling benar mutlak;
* Tidak mencemooh mazhab lain.
- Teguhkan Prinsip, Moderat Dalam Bermazhab.
– Kita boleh saja mengikuti satu mazhab secara konsisten, tapi jangan pula taqlid buta.
– Tetaplah terbuka untuk memahami ijtihad mazhab lain, apalagi dalam konteks yang berbeda.
- Utamakan Adab Sebelum Ilmu.
Perdebatan dan konflik antar mazhab/aliran yang terjadi ditengah masyarakat kita, sebenarnya bukanlah karena masalahnya yang besar, akan tetapi dikarenakan adabnya yang kurang.
– Jangan cepat-cepat menyalahkan karena cara shalatnya yang berbeda;
– Jangan memvonis bahwa amal ibadahnya tidak sah;
– Hormati praktik mazhab yang berbeda.
- Belajar Lintas Mazhab.
Belajar mazhab/aliran lain tidaklah akan menggoyahkan iman — justru menambah keilmuan, rasa toleransi dan kemampuan memahami kompleksitas Islam.
- Hindari mengkafirkan, Menyesatkan, Membid’ahkan Sesama Muslim.
Sepanjang perbedaan itu masih dalam wilayah furu’iyah (cabang-cabang agama) jangan cepat-cepat melabel bid’ah, sesat, dan kafir.
- Menjadi Muslim yang Luwes tapi Berprinsip.
– Pegang satu mazhab/aliran untuk pedoman ibadah pribadi, agar tidaki bingung — tapi jangan taqlid membabi buta;
– Gunakan pendekatan permasalahan pada masyarakat majemuk;
– Dalam hal-hal yang prinsip kita bersatu;
– Dalam hal furu’iyah (cabang) kita saling menghargai;
– Utamakan adab, akhlak dan kasih sayang.
(Dihimpun dari berbagai sumber)
Pekanbaru/1 Oktober 2025.