Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Tuan-Tuan dan Puan-Puan yang kami muliakan yang kecil tak dipanggil nama yang besar tak disebut gelar, semoga semuanya dirahmati Allah SWT.
Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan karuniaNYA kita semua berada dalam keadaan sehat walafiat dan dapat mengikuti acara Wisuda Sarjana Ke-6 Universitas Rokania hari ini. Selawat teriring salam kita sampaikan pula kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Yang Mulia Rektor Universitas Rokania, Bu Dr. Desmelati, M.Sc. yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menyampaikan orasi ilmiah pada acara Wisuda ke-6 Universitas Rokania yang sangat istimewa ini dengan tema “Mewujudkan Generasi yang Unggul dan Berintegritas dalam Pembangunan Bangsa Indonesia.” Sebuah tema dengan komitmen kebangsaan yang tinggi untuk sebuah perguruan tinggi yang tergolong muda belia. Tema HUT Kemerdekaan RI dalam lima tahun terakhir ini memang selalu berkaitan dengan kebangkitan, kemajuan dan ketangguhan bangsa. Mainstreamnya tentu saja Sumber Daya Manusia (SDM).
Sebelum saya lanjutkan, terlebih dahulu saya mengucapkan selamat kepada Bu Rektor dan Civitas Akademika Universitas Rokania serta seluruh keluarga besar Univ Rokania atas perubahan status STKIP Rokania menjadi Universitas Rokania. Sebuah nama yang sangat indah. Semoga Universitas Rokania ke depan menghasil sarjana SDM terdidik, unggul, berkualitas dan berintegritas kelas dunia yang membanggakan.
Pengembangan SDM pada abad 21 telah menjadi diskursus global dalam berbagai kesempatan di semua level. Pembahasan tentang SDM yang unggul, berkualitas dan berintegritas telah menjadi konten dalam banyak publikasi ilmiah dan populer, serta menjadi bahasan dalam berbagai seminar dalam dan luar negeri.
Tuntutan perubahan yang sangat cepat yang terjadi di tengah masyarakat, memerlukan SDM dengan kualitas tinggi yang memiliki berbagai kemampuan, antara lain: kemampuan bekerja sama, berpikir kritis-kreatif, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi informasi, juga kemampuan beradaptasi. Tidak hanya itu, SDM yang berkualitas sekaligus juga harus memiliki integritas untuk bisa berkontribusi pada pembentukan trust society. Oleh karena itu kita harus selalu bersiap dan bersikap bijak, karena perubahan tak pernah berhenti, ibarat Batang Rokan yang mengalir setiap saat dari hulu sampai ke hilir bermuara di Sekat Melaka. Kita tak bisa melawan dengan menghindari perubahan, kita hanya bisa beradaptasi.
Banyak capaian manusia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan IT yang merupakan respon terhadap perubahan, antara lain menginspirasi terjadinya kemajuan berupa Revolusi Industri 4.0 yang banyak dibicarakan dalam satu dekade ini, yang ditandai dengan digitalisasi dalam berbagai aspek kehidupan berupa inovasi, seperti Artificial Intelligence, Big Data, Cloude Coputation, dan Internet of Things. Semuanya berbasis internet.
Ibu Rektor, Civitas Akademika, Para Wisudawan/Wisudawati, serta hadirin yang berbahagia.
Urgensi pembangunan bangsa berbasis pengembangan sumber daya manusia menjadi faktor kunci segala bentuk ikhtiar untuk menggapai peningkatan kesejahteraan. Sebab kita berada di tengah fenomena perubahan yang menghadirkan kondisi VUCA (Volatile, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity), kondisi masyarakat yang encer tak menentu, penuh ketidakpastian, penuh dengan kompleksitas dan penuh dengan ambiguitas. Bukan maksud saya membangun pessimistis, tapi ini sebuah realitas yang mau tak mau harus kita hadapi.
Kita semakin maju dengan iptek tapi semakin dihadapkan dengan berbagai masalah. Tidakkah kondisi ini seperti disebut oleh Si Jenius Albert Einstein pada musim semi tahun 1938 silam, ketika memberi kuliah umum di hadapan mahasiswa Institut Tehnologi California. Einstein menyebut, iptek sebetulnya membuat hidup lebih indah dan pekerjaan lebih mudah, tapi mengapa belum membawa kesejahteraan yang lebih berarti bagi manusia? Einstein menjawab sendiri, karena kita belum lagi memanfaatkannya secara benar dan wajar.
Revolusi industry 4.0 berbasis internet dengan kecerdasan buatan, menggunakan mesin-mesin berteknologi canggih, menggunakan robot, telah menekan jumlah pekerjaan yang bisa dilakukan oleh tenaga manusia. Masyarakat Jepang merisaukan terjadinya degradasi peran manusia akibat kemajuan teknologi informasi tersebut. Kemajuan teknologi canggih terus menerus mendisrupsi peran manusia. Tiba-tiba saja manusia tereliminasi.
Ini tidak boleh terjadi. Maka PM Jepang, Shinzo Abe, dalam Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2019 di Davos, Swiss, memproklamirkan konsep Society 5.0. Konsep Society 5.0 diharapkan dapat menciptakan nilai baru yang mengurangi adanya kesenjangan antara manusia dengan teknologi informasi ke depannya. Manusia harus menjadi pusat peradaban seutuhnya, yang berbasis teknologi. Manusia sebagai pusat peradaban tak boleh tergantikan oleh teknologi. Society 5.0 diharapkan dapat menciptakan nilai baru yang mengurangi adanya kesenjangan antara manusia dengan teknologi informasi ke depannya.
Transformasi ini akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Harayama (dalam Serpa, 2018) menyebut bahwa “Society 5.0 adalah masyarakat informasi yang dibangun di atas Society 4.0 yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat makmur yang berpusat pada manusia”. Serpa (2018) menyampaikan bahwa konsep Society 5.0 adalah untuk “memajukan potensi hubungan individu menusia dengan teknologi dalam mendorong peningkatan kualitas hidup semua orang melalui masyarakat super pintar (super smart society)”.
Dengan konsep Society 5.0 masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0 untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Konsep tersebut dikenal dengan super-smart society atau Society 5.0 yang mengedepankan human-centered (berpusat pada manusia) dan technology based (berbasis teknologi).
Ibu Rektor, Ibu Ketua LLDIKTI, Civitas Akademika, Para Wisudawan/Wisudawati, serta hadirin yang berbahagia.
Masa depan kita memberikan suatu gambaran yang pasti, yaitu ketidakpastian. Dalam sumberdaya yang kian terbatas dan jumlah orang memperebutkannya semakin banyak. Maka, persaingan tidak akan bisa dihindari. Semua orang dalam berbagai aspek kehidupan harus siap berkompetisi untuk berebut peluang dan dalam kondisi ini satu-satunya sumber bagi langgengnya competitive advantage adalah knowledge. (Nonaka dalam Pasaribu, 2016).
Apa yang disebut Nonaka menjadi tantangan tersendiri bagi pembangunan SDM kita, apalagi bila mencermati data yang dikeluarkan Bank Dunia, dimana pada tahun 2018 Bank Dunia menyebutkan bahwa kualitas SDM Indonesia berada di peringkat 87 dari 157 negara. Sementara itu, di tahun yang sama, Business World memaparkan bahwa peringkat daya saing SDM Indonesia berada di ranking 45 dari 63 negara. Peringkat ini masih kalah dari dua negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia yang masing-masing berada diperingkat 13 dan 22.
Kondisi itu diperburuk oleh minat baca masyarakat. Pada 2012, Badan PBB (UNESCO) mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, pada setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Bandingkan dengan indeks minat baca di Singapura yang mencapai 0,45 yang artinya dari seratus penduduk ada 45 orang yang memiki minat baca buku.
Negara-negara seperti Jerman, Prancis dan Belanda mewajibkan siswanya harus menamatkan 22-32 judul buku, Jepang 15 buku, Malaysia 6 judul buku, Singapura 6 judul buku, Thailand 5 judul buku. Bagimana dengan Indonesia? Sejak 1950 sampai sekarang tidak ada kebijakan yang mewajibkan siswa untuk menamatkan satu judul buku pun sebagai salah satu syarat untuk lulus sekolah.
Indonesia unggul akan dapat dicapai bila kita mempersiapkan secara sungguh-sungguh dan bersinergi dalam pembangunan sumber daya manusia, agar dapat bergerak cepat dan focus dalam Pembangunan bangsa serta pada saat yang sama, memenangkan persaingan, merebut setiap peluang yang ada, dan diperhitungkan oleh negara-negara maju dunia.
Ibu Rektor, Ibu Ketua LLDIKTI, Civitas Akademika, Para Wisudawan/Wisudawati, serta hadirin yang berbahagia.
“Prioritas utama kita ke depan adalah pembangunan sumber daya manusia yang terkonsolidasi dengan baik, didukung anggaran yang tepat sasaran sehingga terjadi peningkatan produktivitas tenaga kerja melalui peta jalan yang jelas, terukur, dan hasilnya dapat dinikmati ooleh Masyarakat”. (Presiden Joko Widodo pada Sidang Kabinet Paripurna mengenai Ketersediaan Anggaran dan Pagu Indikatif Tahun 2020, 23 April 2019, di Ruang Garuda, Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Indonesia diprediksi bisa menjadi negara maju berperingkat kelima di tahun 2030 jika memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan tentunya ditunjang melalui pendidikan yang mumpuni. Pendidikan menjadi salah satu kunci kebesaran dan kemegahan suatu negeri. Dengan bekal pendidikan, sumber daya manusianya berpotensi melahirkan karya-karya, inovasi, dan semangat juang demi memajukan bangsa dan negaranya.
Pemerintah merumuskan kriteria SDM unggul antara lain: (1) berbudi pekerti luhur, (2) berkarakter kuat, (3) toleran, (4) jujur, (5) berhati Indonesia, (6) berideologi Pancasila, (7) berakhlak mulia, (8) pekerja keras, (9) berdedikasi, dan (10) menguasai keterampilan serta ilmu pengetahuan masa kini dan masa depan.
Untuk memenangkan persaingan dalam memperebutkan peluang yang terbuka dalam dunia yang berubah cepat, diperlukan SDM yang memiliki kreativitas tinggi dengan kinerja terpuji, memiliki good competency, best character dan great commitment. SDM kita juga harus terus menerus melakukan inovasi.
Inovasi berkaitan dengan aktivitas penciptaan perubahan dan perbaikan. Perubahan yang berarti juga mengenalkan sesuatu yang baru dengan menggantikan yang lama menuju ke suatu hal yang lebih baik. Perubahan dan kompetisi merupakan sebuah proses yang pasti terjadi. Oleh karena itu untuk bisa survive kita harus menyesuaikan atau beradaptasi dengan perkembangan yang terjadi baik di dalam lingkungan internal maupun eksternal.
Stephen Robbins menyebut, inovasi adalah semua gagasan atau ide baru yang diterapkan untuk memperbaiki suatu produk dan jasa. Sementara Kuniyoshi Urabe mendefinisikan, inovasi adalah segala hal yang dihasilkan dengan melalui suatu proses yang panjang serta juga kumulatif, meliputi banyak proses pengambilan keputusan, mulai dari penemuan gagasan hingga ke implementasinya. Maka tidak berlebihan ketika Nonaka dan Teece, 2001; De Meyer dan Grag, 2005; Kasali, 2005 dalam Pasaribu (2016) sepakat bahwa inovasi adalah sebuah langkah yang penuh risiko, tetapi sangat perlu.
Waktu tidak pernah berhenti, kalau lamban dan tidak kreatif untuk menghasilkan inovasi, kita akan dikalahkan oleh kompetitor. Nokia adalah contohnya! Inovasi tak mengenal dan tak membedakan bisnis apa dan organisasi apa, bila tidak inovatif, anda akan mati. Either you innovate or die. Para alumni juga harus senantiasa berani membuka pikiran untuk membuka wawasan baru (outward looking)
Aturan main baru kompetisi global telah bergeser dari product oriented ke value oriented; dari business as usual ke an extra ordinary; dari Comfort zone ke uncomfort zone; dari kreatif ke harus sangat creative innovative; dari superstar (one man show) ke super team; dari paradigma pasar yang diproteksi dan diregulasi, monopoli dan oligopoli, economic of scale, akses ke sumber finansial, tekonologi produk dan proses, bergeser dari paradigma SDM ke paradigma knowledge bassed assets (intellectual capital). Dan last but not least, seperti disebut Francis Fukuyama modal yang penting dalam era globalisasi bukan hanya modal capital dan iptek, tetapi juga trust atau kepercayaan. Dan trust wujud dari integritas. Dan kita harus membangun generasi yang memiliki integritas untuk membentuk trust society.
Wallahul muwaffiq ila aqwamit-tharieq
Wassalamualaikum wr.wb.
Ketua Umum FKPMR
Dr. drh. H. Chaidir, MM