Monilisiak Isi Rubrik “Koba Rokan” Ismail Datuk Podano Montoi
Sebuah Ulasan Singkat Tentang Rubrik “Koba Rokan” di Harian Riau Pos
Oleh: Hasrijal Farmaduansa
Pasir Pengaraian (28/09/2022) – Alhamdulillah! Hari ini saya dapat membaca utuh tulisan di Pro Riau, rubrik Koba Rokan halaman 16 Harian Riau Pos (26/09/2022). Sebuah surat kabar (koran) terbesar di provinsi Riau. Harian Riau Pos ini tidak asing bagi saya. Dulu bertahun-tahun saya berlangganan koran ini. Pernah berlangganan sendiri yang diantar tiap hari ke rumah. Dan pernah pula berlangganan melalui kantor tempat saya bekerja di sebuah dealer mobil. Waktu itu kantor memang berlangganan harian ini untuk setiap Kepala Departemen (Manajer). Tentu saja berguna untuk menambah wawasan para manajer dan karyawan yang membacanya.
Pernah pula saya rutin menulis hampir setiap hari Ahad di Riau Pos. Tulisan itu terbit dalam periode 14 Juli 2013 sampai dengan 12 Juli 2015. Genap dua tahun dengan 78 tulisan. Tetapi bukan tentang budaya. Hanya tentang kegiatan “memancing ikan” dan segala hal yang terkait dengannya. Tepatnya tentang hobi memancing. Eh, kalau dipikir-pikir pada akhirnya hobi memancing ikan ini pun sudah menjadi budaya pula. Ya! Mau tak mau tetap saja budaya yang dibahas. Anggaplah tadi pembukaannya untuk “memancing” pemikiran saja.
Kembali tentang rubrik/kolom “Koba Rokan”. Terlepas mana yang benar antara rubrik atau kolom? Saya merasa dibanggakan. Mungkin karena saya berasal dari daerah kawasan aliran sungai Rokan juga. Tepatnya aliran sungai Rokan Kanan atau Batang Lubuh. Untuk diketahui bahwa sungai Rokan ini panjangnya lebih kurang 350 km. Mulai dari hulunya di kaki Bukit Barisan sampai muaranya di sekitar Bagansiapi-api (Kab. Rokan Hilir) di Selat Malaka. Sungai Rokan punya beberapa anak sungai besar yaitu Rokan Kanan yang melalui Kota Tengah (Kepenuhan), Muara Rumbai (Rambah Hilir), Pasir Pengaraian (Rambah) dan Tangun (Bangun Purba) terus ke wilayah Sumatra Utara. Sementara Rokan Kiri melalui Sontang (Bonai Darussalam), Kota Lama (Kunto Darussalam), Pagaran Tapah, Ujungbatu, Rokan IV Koto dan terus ke Sumatra Barat.
Secara umum masyarakat Melayu yang berdomisili di Daerah Aliran Sungai (DAS) Rokan ini memiliki bahasa dan budaya yang boleh dikatakan sama. Berdasarkan pendapat yang membagi bahasa Melayu Riau ini menjadi Riau Daratan dan Riau Kepulauan, maka semakin ke hulu sungai Rokan semakin daratan Melayu-nya. Semakin ke hilir semakin kepulauan pula Melayu-nya. Itu pendapat saya, setelah mengamati dialek bahasa dan seni budaya masyarakat tersebut.
Semakin meluas jadinya pembahasan ini, bisa mengalir sampai jauh seperti air sungai Rokan. Sebelum terhanyut, kembali kita bahas Koba Rokan tadi. Rubrik Koba Rokan adalah salah satu dari beberapa rubrik dari daerah lainnya. Koba Rokan yang diasuh atau ditulis setiap edisinya oleh Ismail Datuk Podano Montoi berkaitan dengan berbagai isu nasional maupun provinsi. Beliau berasal dari Kota Tengah, Luhak Kepenuhan Kota Beradat. Saya melihatnya sebagai seorang Tokoh Masyarakat Adat yang paham dengan budaya Melayu, terutama Melayu di Rokan Hulu. Sehingga rubrik “Koba Rokan” dalam tiap edisinya ditulis dalam Bahasa Melayu dialek Kepenuhan, namun tetap dimengerti oleh setiap masyarakat Melayu sepanjang sungai Rokan (salah satu tulisan beliau dapat dibaca pada bagian akhir tulisan ini). Menurutnya Koba Rokan sudah ditulisnya sejak bulan November 2019 sampai sekarang. Bahkan akan tetap menulis untuk ke depannya. Saya harap demikian.
Melalui perbincangan singkat kami, dikatakan bahwa rubrik Koba Rokan ini mengabarkan kepada pembaca hal-hal aktual dari seluruh lini kehidupan masyarakat beradat dengan tetap menggunakan bida adat sebagai pijakan ulasan, sehingga adat istiadat tetap dipakai jadi pedoman. Ditulis dalam bahasa Melayu dialek Kepenuhan. Jika dicampur-campur bahasanya malah menjadi lebih sulit memahaminya. Hal ini sekaligus membudayakan dan mensosialisasikan adat istiadat di 5 Luhak Negeri Seribu Suluk, yaitu Luhak Rambah, Luhak Tambusai, Luhak Kepenuhan, Luhak Kunto Darussalam dan Luhak Rokan IV Koto.
Dilanjutkan oleh Ismail Datuk Podano Montoi bahwa dulu orang-orang tua jika sudah duduk bersila di balai atau sedang bermusyawarah mencari mufakat dalam berbagai persoalan keadatan dan masyarakat serta anak kemenakan, maka pembahasan yang dilakukan didasarkan kepada bida. Saat saya tanyakan pengertian bida itu apa, ternyata bida itu ialah dalil adat. Dalam Bahasa Melayu sering juga dijumpai kata bidal. Namun pengertiannya sangat luas sekali. Mencakup puisi lama, ungkapan, peribahasa, tamsil atau pemisalan, pepatah dan bahkan pemeo seperti sindiran, olok-olok, dan lain-lain.
Namun dalam pengertian adat istiadat, terutama yang dipakai di lima Luhak masyarakat asal daerah tepian sungai Rokan, bida ini menjadi pedoman hukum. Karena adat Melayu berpegang kepada panduan “Adat bersandikan syara’ dan Syara’ bersandikan Kitabullah” maka bida adat ini akan diikuti dengan ayat Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW sebagai pegangannya. Pemahaman bida ini sebagai dasar hukum seiring dengan pengertian ucapan Rasulallah yang disebut Sabda, dan wahyu Allah yang dinamakan Firman. Sehingga urutan hukumnya dari yang paling tinggi yaitu Al-Quran, Hadits Nabi dan Bida Adat. “Mako nyo uwang tuo wak dulu kalau lah bobual yo, totap akan kolua bida nyo, dan itu akan totap kolua dasar yang dua tadin yaitu Al Quran dan Hadits, mako nyo kokoh jika lah bobual yo,” tutup Ismail Datuk Podano Montoi dalam dialek Melayu Kepenuhan (artinya: Makanya orang tua kita dahulu kalau sudah berbincang, tetap akan keluar bida-nya, dan itu akan tetap keluar dasar yang dua tadi yaitu Al Quran dan Hadits, makanya kokoh jika sudah berbincang).
Sebentar, sebelum dilanjutkan dengan materi adat dalam Koba Rokan terbaru, perlu juga diketahui sedikit tentang tokoh adat kita ini. Yaitu Ismail Datuk Podano Montoi (dibaca: Datuk Podano Monto-i, atau artinya Datuk Perdana Menteri), dalam dialek Kepenuhan huruf “r” sering tidak disebutkan tetapi diganti dengan bunyi “y”. Contoh, kata “orang” menjadi “uyang”, “dari” menjadi “lai” dan lain-lain. Nama lengkap beliau Ismail Hamkaz, S.Ag., M.Si. Saya dulu mengenalnya sebagai anggota DPRD Rokan Hulu, yaitu anggota DPRD periode 2004 – 2009 dan 2009 – 2014. Dilihat dari latar belakang pendidikan dan jabatan yang pernah diemban maka sangat cocok dengan bidang yang dikuasainya yaitu seorang budayawan yang agamis dan berpengalaman politik. Tidak heran jika saat ini bergiat dalam pengembangan adat istiadat dan juga literasi.
Ada satu ungkapan yang selalu didengungkannya yaitu “Inok Awak Siapole” dan populer sejak 2014. Bahkan ungkapan ini sudah menjadi identik dengan diri Ismail Datuk Podano Montoi sendiri. Kalau diartikan ke bahasa Indonesia menjadi “Kalau Bukan Kita Siapa Lagi”. Maknanya mungkin semua kita juga tahu, bahwa untuk mengubah sesuatu atau untuk memajukan sesuatu ke arah yang lebih baik mestilah dimulai dari diri kita sendiri. Ungkapan ini dapat saya tebak arahnya, yaitu untuk membangun kampung halaman. Siapa lagi yang akan membangun kampung halaman kita menjadi lebih baik selain kita sendiri. Sehingga dia pun menambah ungkapannya lagi dengan satu himbauan “Moh Wak Bolo Kampong!” Artinya “Ayo Kita Bangun Kampung Halaman!”
Membahas kampung halaman ini, saya pun teringat nostalgia masa antara tahun 2008 s.d. 2014. Saat itu saya mengakui tekad yang kuat dari Dr. Desmelati, M.Sc. (istri saya) untuk mendirikan sekolah bahkan perguruan tinggi. Waktu itu dia sedang menyelesaikan pendidikan S3 di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Beberapa tokoh Rokan Hulu di Riau ini pernah diajak diskusi dan bahkan diajak ikut untuk mewujudkan keinginan tersebut. Termasuk tokoh kita Ismail Hamkaz, S.Ag., M.Si., yang waktu itu menjadi anggota DPRD Rokan Hulu, pun diajak berdiskusi tentang rencana pendirian perguruan tinggi ini.
Seiring perjalanan waktu, tekad kuat untuk membangun kampung halaman ala “kami” tersebut tidak terbendung lagi. Sehingga dengan mengajak beberapa orang-orang muda dan juga tokoh pendidikan akhirnya pada 2010 mulai kami dirikan Yayasan Rokan Riau Raya (YR3). Itulah wadah awal pendirian kampus STKIP Rokania. Mulai diurus sejak tahun 2010 dan akhirnya memperoleh izin operasional dari Kemenristekdikti pada 17 Oktober 2014. Baru pada tahun 2015 STKIP Rokania menerima mahasiswa baru, sebab kami tidak ingin melanggar aturan jika menerima mahasiswa sebelum izin operasional keluar. Alhamdulillah! Sekarang kampus ini sudah begitu dikenal luas dan berkomitmen memajukan pendidikan dan mengembangkan segala potensi masyarakat termasuk potensi budayanya.
Ingin saya sampaikan di sini bahwa keberadaan kampus di Rokan Hulu ini bukanlah suatu ancaman bagi budaya. Justru kampus merupakan mitra yang tepat untuk mengembangkan budaya dengan tradisi kampus sebagai tempat menuangkan pikiran. Oleh sebab itu, usaha membenahi kampung yang digagas oleh tokoh muda Ismail Hamkaz, S.Ag., M.Si., bergelar Datuk Podano Montoi, menemukan tempatnya. Yaitu tempat berdiskusi dan merumuskan berbagai hal tentang pengembangan budaya kita.
Kembali kita telisik sebagian yang telah ditulis oleh Ismail Datuk Podano Montoi di rubrik Koba Rokan, Riau Pos. Sangat cocok dengan yang disampaikan beliau bahwa tulisannya mengabarkan hal-hal yang berkembang pada saat ini. Saya ambil contoh Koba Rokan edisi Sabtu, 13 Agustus 2022, berjudul “Dipocodik Cao Bopikie Masyarakat Wak”. Diceritakan di situ tentang isu Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak pada 8 Desember 2022 nanti. Yang dibahas tentang anggaran desa yang diguyurkan oleh pemerintah kepada setiap desa. Sehubungan itu semua pihak yang terkait harus paham tentang penggunaan dana tersebut agar tepat guna. Salah satu caranya tentu dengan mempecerdas cara berpikir masyarakat.
Kemudian kita lihat pula Koba Rokan edisi Jumat (29/07/2022) berjudul “Momen 1 Muharram 1444H.” Edisi tersebut menjelaskan secara gamblang harapan penulis yaitu Ismail Datuk Podano Montoi tentang apa-apa yang mesti dilakukan dalam merayakan momen Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444H. Pertama, tentunya harus ada kajian agama yang diadakan di masjid-masjid. Kedua, momen tersebut hendaknya dijadikan sebagai momen hari pemakaian tanjak Melayu bagi seluruh komponen masyarakat. Untuk Luhak Kepenuhan telah dilakukan dan 1 Muharram 1444H merupakan tahun kedua sebagai hari bertanjak di Luhak Kepenuhan Negeri Beradat yang digagas oleh Datuk Podano Montoi ini.
Sebenarnya banyak lagi edisi-edisi yang lain tentunya dengan topik yang berlainan pula. Kalau ditulis di sini tentu melelahkan bagi pembaca, eh maksudnya bagi penulis sendiri. Namun menurut pembicaraan saya dengan Dinda Ismail (saya memanggil Dinda karena ternyata saya lebih tua umur, maksud saya di luar adat. Kalau urusan adat istiadat lebih tua Dinda saya ini) bahwa tulisan-tulisannya ini dibukukan. Tentu saja akan mudah dibaca jika dibukukan dan dapat menjadi referensi bagi penelitian budaya. Nah! Ini sangat diperlukan pula bagi perpustakaan kampus. Sehingga ada saling ketergantungan dan saling bahu-membahu dalam pengembangan budaya ini.
Ismail Datuk Podano Montoi ini bukan hanya menulis di Koba Rokan, Riau Pos saja. Tetapi sudah banyak pula buku-buku yang ditulisnya seperti: 1) Sejarah dan Adat Istiadat Masyarakat Kepenuhan; 2) Potatah Potitih Luhak Kepenuhan (Dilengkapi dengan Ayat Al- Quran dan Hadits Nabi); 3) Menatap Masa Depan Luhak Kepenuhan (Antara Konsep, Agenda dan Realita) – Kumpulan Berita Diberbagai Media; 4) Luhak Kepenuhan Negeri BERADAT (Bersih, Elok, Ramah, Agamis, Dinamis, Akademis dan Terpimpin). Selain itu beliau juga peraih penghargaan Tokoh Budaya 2021 dari Dinas Kebudayaan Provinsi Riau yang diusulkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Rokan Hulu.
Terakhir saya membaca Koba Rokan edisi Senin (26/09/2022) yang baru saja terbit dengan judul “Angkek Gola Adat Suku Kuti Luhak Kepenuhan.” Ini menarik bagi saya pribadi. Kenapa? Karena ayah saya bersuku Kuti. Sementara ibu saya bersuku Moniliang. Berarti suku saya Moniliang, sesuai adat matrilinial yang dianut oleh adat Lima Luhak. Suku Moniliang bukan Mandahiling walaupun pada beberapa tempat disebut juga suku Mandailing. Bahkan di Sumatra Barat ada suku Mandailing juga yang pernah saya dengar disingkat oleh “milenial”-nya dengan nama “Manday”. Keren ‘kan?
Sebagai penutup tulisan yang “menelisik” ini, saya akan sematkan beberapa tulisan Ismail Datuk Podano Montoi (sebenarnya masih ada lagi gelar beliau yang lain yang mohon maaf belum tersebutkan) yang terbit pada edisi yang lalu. Sebagaimana aslinya.
“No Bolubang Le Do, Lah Bokubang”
Ujan omeh di kampong uwang, ujan Batu di kampong awak, yang namo nyo kampong awak iko telah kampong awak, apopun kondisi dan keadaannyo ikolah konyataan yang wak hadapi dan asokan bosamo, dan tontu nyo bosamo pulo awak momolu nyo sousai dengan tugas dan fungsi awak, domikian disampaikan Ismail Dt podano Montoi gila kurnio lai Lembaga Kerapatan Adat ( LKA) Luhak Kepenuhan.
Ponyampaian Datuk ko berkenaan dengan kondisi ruas jalan Provinsi Riau mulai Perbatasan kabupaten Rokan Hulu dengan Kabupaten Kampar yakni ruas jalan provinsi Riau Kabun Tandun, ruas jalan Provinsi Riau Tandun Ujung batu, ruas jalan provinsi Riau Ujung baju Pasir pengaraian, ruas jalan Provinsi Riau simpang Kumu Kota Tengah, dan ruas jalan provinsi Riau Kota tengah Sontang dah tu torakhir ruas jalan Provinsi Riau Sontang Duri. Mulai lai pobatasan ko, mulai lah nampak pobedaan nyo yang sangat signifikan diruas jalan Provinsi Riau yang di Kabupaten Kampar dengan di ruas jalan provinsi Riau yang di Kabupaten Rokan Hulu, bulih dikato kan antao langik dan bumi beda nyo kondisi ruas jalan Provinsi Riau ko.
Tontu timua potanyaan dalam ati dan pikian awak bosamo, kok bisa yo jauh beda nyo kondisi ruas jalan Provinsi di duo Kabupaten ko, harapan awak kopado Yang di dulukan Solangkah dan ditinggikan soantiang khusus nyo yang di Negeri seribu Suluk ko bisa momoikan jawaban dan pertanggungjawaban atas amanah yang olah di boikan masyarakat dan rakyat. Tanyo Ismail Hamkaz Ketua Umum KAPEMARY Komisariat Rokan Hulu periode 2011-2016 ko
Soingek kami, ditaun 2019 – 2014, ibarat kato uwang tua awak monompuh ruas jalan provinsi di negeri seribu Suluk ko bisa wak momojam mato untuk molewati nyo dek sangkin elok licin nyo jalanko, tapi somonjak mulai taun 2018 lah mulai bolubang, 2019 lah bogaong, dan mulai awal taun 2020 sampai kinin ko 2022 lah bokubang kondisi jalan ko. Yang paling parah dan canyi kondisi ruas jalan provinsi kinin ko adolah diruas jalan provinsi Riau Simpang Kumo Kota Tengah, ruas jalan Provinsi Riau Kota tengah sontang dan ruas Jalan Provinsi Riau Sontang Duri. Dan ruas jalan provinsi ko molewati 4 kecamatan yaitu Kecamatan Rambah Hilir, kecamatan Kepenuhan Hulu, kecamatan Kepenuhan dan kecamatan Bonai Darussalam.
No tohitong banyak lubang dan kubang sopanyang jalan ko, kalau dipokiokan lobih lai 150 lubang godang dan sonik, jalan ko lah model kubangan miang sado nyo ne, no to tompuh selok nyo le do. Kalau nak disobuik akibat lai usaknyo jalan ko,no cukuik kotu moncito nyo, takuik sumpah sarapah dan hamun maki yang akan kolua.
Ilang dicai tokolamun dikokeh, koba jalan usak parah ko lah sampai ko tolingo uwang di provinsi Riau, onak di Eksekutif nyo maupun legislatifnyo dan socao administrasi konegaraannyo olah juo, dan para pojabat ko olah ponah juo molowati kondisi jalan ko, tapi tah apo sampok nyo, jalan ko model iko juo, malahan botamah cayah. Kinin ko negara sibuk etong jalan tol dan tol lawik, etong ekonomi produktif dan SDM unggul, awak disiko masih zaman taun 80 dan 90 an yo le.
Jika pemerintah dan pemamangku kebijakan ko bijak dan bijaksana, asonyo ino polu monungu APBD ditokok bau dikojukan, yang tojadi solamo iko, tunggu APBD di tokok dulu, dan lah di tokok pun APBD tu ino pulo kosado nyo bisa di kojokan atau di aspal, jadi copeklah di kojokan, dipoelok dan diaspal balik jalan ko bianyo licin model biaso, Inok awak siapole, kato Ismail Dt Podano Montoi Alumni Magister Administrasi Publik ( MAP ) jurusan Kebijakan Pulbik UGM iko.
“Angkek Gola Adat Suku Kuti Luhak Kepenuhan”
ROKAN HULU ( RP) – Bojonyiang naik botanggo tu-un Sonik bogele godang bolega patah tumuh ilang boganti, iko lah bida adat awak di Negeri Seribu Suluk ko, dimano gola adat ko toih diisi sosuai dengan alui dan batua nyo, sohinggo adat totap bojalan, anak dipangku komonakan dijinyiang Kato Ismail Dt Podano Montoi gola Kurnio lai Lembaga Kerapatan Adat Luhak Kepenuhan ko.
Ahad, 25 September 2022 M atau potopetan dengan tanggal 29 Safar 1444 H botompek di Balai Kerapatan Adat Kecamatan Kepenuhan Hulu Luhak kepenuhan dilaksanakan Ponobatan atau angkek gola adat Suku Kuti Luhak Kepenuhan socao adat botepak yang langsung di pimpin oleh mamak Mantao Lelo Luhak Kepenuhan.
Adopun yang diangkek gola nyo sai Ahad ko atau sai potang adolah Masayani gola Mamak Sutan Mudo, Abdul tuah gola Mamak Kotik Tani, Rudi Hartono Mamak Majo Sutan, Ujang gola Mamak Ponja Alam, Baharuddin gola Mamak Sotio Pahlawan, Syafril gola Mamak Sotio Ajo, Marahalim gola Mamak Majo Soti Mudo , Mohammad Ali gola Mamak Najo Mudo, Bahrem gola induk Mamak Wang Kayo Sutan, Muslim Musnadi gola tungkek Datuk Mangkuto Sutan, Asril gola Kurnio mamak Majo Kaha.
Dalam polaksanaan angkek gola ko hadir Datuk Bondaro Sakti Ketua Lembaga Kerapatan Adat Luhak Kepenuhan, pucuk dan tungkek se Luhak Kepenuhan, Dubalang Paduko Samo, Imam Ompek di Balai Tuan Imam Majo Lano dan mamak-mamak adat se LKA Kecamatan Kepenuhan Hulu Luhak Kepenuhan. Ditamah keterangan dek datuk wak ko, di Luhak Kepenuhan ko lai 10 suku yaitu Suku Bangsawan, Suku Anak Ajo-ajo, Suku Nan Soatuih ( kotigo suku ko dinamokan dengan Suku tigo Piak ) Suku Melayu, Suku Moniliang, Suku Pungkuik, Suku Kanang Kopuh, Suku Maih, Suku Kuti dan Suku Ampu (dinamokan Suku nan Tujuh).
Masing-masiang suku ko momiliki struktur bojonyiang naik botanggo ti-un Sonik bogele godang bolega patah tumuh ilang boganti yaitu mulai lai pimpinnan totinggi yang langsung di pimpin oleh suwang Pucuk, di bawah pucuk lai suwang tungkek, dibawah tungkek lai boapo inuk, dibawah inuk lai boapo Mato buah poik. Sodangkan mamak hukum ko adolah anak bojantan paling tuo ynag jadi pomimpiin keluarga dalam sobolah poik omak nyo, sodangkan untuk Suku Bangsawan dan Suku Anak Ajo-ajo ino lai pakai tungkek tamah Ismail Dt Podano Montoi ponulis buku Sejarah dan Adat Istiadat Masyarakat Kepenuhan ko.
Tugas lai pucuk suku adolah ponyusun, tugas lai tungkek suku adolah sobagai polopih, tugas lai inuk suku adolah sobagai poagih dan tugas lai matu buah poik adolah poatak, lah lai masing- masing apo yang monyadi tugas dalam polaksanaan adat istiadat ko. Alhmadulillah adat istiadat di Luhak Kepenuhan yang bojulukkan dengan namo Negeri BERADAT ( Bersih, Elok, Ramah, Agamis, Dinamis, Akademis dan terpimpin ) masih totap bojalan sosuai dengan alua dan batua nyo, dan somakin ai somakin bokomang zaman ko kondisi adat istiadat di Luhak kepenuhan masih totap di pogang pakai ( pedoman ) adat bosonikan Syara’ dan Syara’ bosonikan Kitabullah.
Moh wak lestarikan dan budayakan dah tu wak ajakan adat istiadat di negeri seribu suluk ko model ayie mongalie kopado anak komonakan awak, nak socao langsung ( acara nikah kawin, manie bolimau, botinik dll ) atau memamfaatkan kemajuan tekhnologi model kinin ko ( website, WA. FB, Twitter dll ), adat harus monyadi paling dopan tohadok sogalo urusan dan aktifitas, selamat dan sukses kopada yang dilantik dan mogogang gola adat, golab bosuluh ujan botudong, inok awak siapo le, aok Ismail Dt Podano Montoi ponimo Anugrah Tokoh Budaya Riau ko. (epp)
“Didolukan Solangkah, Ditinggikan Soantiang”
Sociok bak ayam sodonciang bak bosi, bulek samo di gulikkan, Picak samo di layangkan, ko gunong samo monaki, ko lomah samo monu-un , soiyo sokato, domikian adat awak moajakan dan iko moupokan harapan anak komonakan dan masyarakat adat di Kabupaten Rokan Hulu Negeri seribu Suluk, kato Ismail Dt Podano Montoi penulis Buku : Potatah Pototih Luhak Kepenuhan ( Dilengkapi dengan ayat Alquran dan Hadits Nabi Muhammad ) iko.
Hal iko di sampaikan datuk wak ko, dimano sai potang senin, 21 September 2022 dilaksankan Musyawarah Daerah ( Musda ) Lembaga Adat Melayu Riau Rokan Hulu ( LAMR Rohul ) yang ko V di Pasie pengaraian ibu Kota Kabupaten Rokan Hulu. Tontu nyo sobagai masyarakat adat dan anak komonakan boaok Musda LAMR Rohul ko bojalan souai dengan azam lazim, barua adat dan jati di-i adat istiadat negeri seribu suluk yang awak junjung tinggi.
Sopongetahuan kami tontang adat dan ponah pulo cak nyo nulis boapo buah buku tontang adat istiadat, tapi tingkat kampong pulo ntong, dimano uwang tua wak dulu, monotapkan dan atau momutuihkan sogalo sesuatu masalah hanyo dengan bida atau petuah dan atau potatah potitih tohadok suatu masalah dan itu diiyukan dek uwang nan banyak, kato Ismail Dt Podano Montoi penulis Buku dengan Judul Potatah Potitih Luhak Kepenuhan ( Dilengkapi dengan Ayat Al- Quran dan Hadits Nabi Muhammad )
Adat tu haluih budi bahaso nyo, dan ino totulis do tapi bisa wak asokan dan kojokan akan kebenarannyo, Mako nyo dalam adat awak lai bida : Sonik yo bukan paja-paja dan lah godang yo bukan lah tuo, jadi yang topogang adolah ilmu adat nyo sobagai jati di-i dan marwah. Jadi nak sosonik atau sogodang apo pun posisi dan jabatan awak, jika lah masuk dalam wilayah adat ko, mako dengan sendiri nyo wak hormati dan hargai, dek iko harga diri dan jati di- i awak di 5 Luhak ko, yaitu dengan botepak.
Dalam hal iko, jika bisa lah wak pakai bida uwang somondo monyomondo Yaitu Nak tau di godang awak, timo somondo, Nak tau disonik awak, bosomono samo uwang. Artinyo, walaupun awak uwang kampong atau uwang miskin, tapi awak monimo somondo uwang godang umpamonyo, mako godang te wak, dek monantu atau uwang somondo wak uwang godang. Dan uwang godang ko, tau diri pulo dengan posisi nyo sobagai yang ditimo somonda, jadi sonik nyo….
Jika lah masuk dalam hal iko, mako bida uwang somonda adolah
Kayonyo ponutup malu,
Bagaknyo polapih dado,
Codiknyo ponyamong lidah, buto po-omuih losong dan lumpuhnyo ponungu umah
Mongonai musda ko, toingek wak bida uwang tuo wak dulu menyatokan : sonik bogele godang bolega bojonyiang naik botanggo tu-un patah tumbuh ilang boganti adat bosoni sara’ dan sara’ bosonikan kitabullah. Jika hal iko lah sesuai dengan yang patuik dan sosuai pulo dengan suihnyo mako tentunyo awak sibagai masyarakat adat dan anak komanakan di negeri seribu suluk akan awak iyokan siapopun yang monyadi ketua.
Sebagai masyarakat adat dan anak komanakan di negeri seribu suluk mengucapkan selamat dan sukses siapopun yang topilih semoga ALLAH SWT momoikan hidayah dan nogoi awak solamat monyadi nogoi baldatun thoiibatun warabbun ghafur iko te yang kami awokkan kopado uwang yang didolukun solangkah dan ditinggikan soantiang, Inok awak siapole dimikian disampaikan ismail Datuk podano montoi ponimo anugrah tokoh budaya Riau iko.
“Pak Dewan, Prioritaskan Kebutuhan untuk Rakyat wak yo …”
Sai Senin potang, topek nyo potang ai tanggal 12 September 2022, dilaksanakanlah rapat paripurna di Gedung DPRD Kab Rokan Hulu dalam rangka ponyampaian Rancangan KUA – PPAS perubahan tahun anggaran 2022. Elok nyo pombahasan iko nak ligak dan copek momahas nyo ko, dek masyarakat dan rakyat awak kinin ko sodang mombutuhkan sentuhan dan kehadiran bantuan pemerintah dalam bontuk program dan kegiatan yang produktif.
Wak pohatikan pulo dalam ponyampaian KUA-PPAS yang disampaikan dan soahkan Sekda Kab Rohul ko pimpinam DPRD, lai ponambahan nampaknyo di dalam Rancangan Kebijakan umum anggaran ( KUA ) dan Prioritas platfon anggaran sementara (PPAS ) Perubahan tahun 2022 ko. Sogodang atau sobanyak Rp. 319.024.269.754 atau naik 23.38 persen lai Total APBD murni Kab Rohul taun 2022 ko Rp. 2. 279. 762.188.843, kalau di jumlahkan kosadonyo monyadi Rp. 1.598.786.458.957. kato Ismail Dt Podano Montoi Anggota DPRD Kab Rohul Periode 2004-2009 dan periode 2009-2014.
Ilang dicai, tokolamun dikokeh kato bida adat awak di Negeri Seribu Suluk, jadi dek iko olah disoahkan pemerintah kopado dewan awak, boarti dewan ko akan mombahasnyo sosuai dengan fungsi nyo pulo yaitu fungsi anggaran, fungsi legislasi dan fungsi pengawasan. Dimano saat iko kondisi masyarakat dan rakyat awak sodang mongalami kosusahan yang inok pokosudahan, potamo olun solosai etong pandemi ko lah tibo pulo yang koduo yaitu naik nyo sogalo jenis minyak yang mongakibatkan naik nyo sogalo ogo bahan kebutuhan, botimpo timpo etong soik iduik ko.
Mako dalan hal pombajasan ko, lai boapo pomikian dan masukan kami lai masyarakat ko tohadok pombahasan yang sodang dilakukan oleh dewan wak kinin ko, sosuai dengan bida tadin yaitu: Potamo, bueklah program dan kegiatan yang dapek momangkikkan pondapan masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi kinin ko; Koduo : bueklah program dan kegiatan pemberdayaan dan produktif dalam monamah pondapatan masyarakat; Kotigo : bueklah program dan kegiatan sosialisasi dan pendampingan UMKM sobagai bontuk dan wujud kemandirian masyarakat dan Rakyat awak. Koompek : bueklah program dan kegiatan monumbuhkomangkan seni budaya dan adat istiadat serta sosial kemasyarakatan sobagai jati diri dan marwah.
Namun domikian, kami yakin dan pocayo kopado dewan awak ko untuk bisa lobih elok dio nyo momuek, momahas program dan kegiatan prioritas yang dapek diwujudkan dan direalisasikan untuk moningkat produktifitas usaho dan ponambahan ponghasilan monuju komandirian masyarakat dan Rakyat awak. Kininlah saat nyo, Inok awak siapole, sobuik Ismail dt Podano Montoi Alumni Magister Administrasi Publik ( MAP ) UGM jurusan Kebjjakan Publik ko.