Rokan Hulu (28/10/2022) – Kemarin Kamis (27/10) telah dilaksanakan acara Wisuda Ke-5 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Rokania. Kampus yang baru saja mengadakan syukuran ke-8 Dies Natalis-nya atau ulang tahunnya mewisuda sebanyak 133 orang sarjana. Para sarjana yang diwisuda itu berasal dari 4 (empat) program studi yaitu Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) dan Pendidikan Teknologi Informasi (PTI).
Ada yang berbeda dari acara wisuda kali ini dibandingkan dengan wisuda ke-2, ke-3 dan ke-4. Dulu saat Wisuda Perdana ada Orasi Ilmiah oleh Hermawan, M. Hum. yang berjudul “Perempuan, Sastra, dan Pendidikan.” Kali ini untuk Wisuda ke-5 diadakan kembali Orasi Ilmiah. Oratornya adalah Dr. Jupendri, S.Sos., M.I.Kom. Beliau adalah Dosen di Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) Pekanbaru. Untuk wisuda ke depannya ini akan menjadi salah satu agenda saat acara wisuda STKIP Rokania. Tujuannya adalah untuk membiasakan tradisi ilmiah atau keilmuan, sehingga semakin mencerdaskan bagi masyarakat. Tentu saja hal ini sejalan dengan substansi orasi ilmiah yang disampaikan oleh orator di atas, dengan judul “Urgensi Pendidikan dalam Mengentaskan Kemiskinan”.
Sebelum disampaikan substansi orasi ilmiah tersebut, tidak ada salahnya dikenalkan terlebih dahulu profil orator Dr. Jupendri, S.Sos., M.I.Kom. ini. Beliau dilahirkan di sebuah dusun yang bernama Pasir Kota Baru pada 9 April 1984. Sekarang dusun ini masih dengan nama yang sama berada di wilayah Desa Koto Tinggi, Kecamatan Rambah, Rokan Hulu. Sekedar untuk diketahui bahwa Dusun Pasir Kota Baru dulu sekitar tahun 1980-an ke bawah terdiri dari 4 (empat) kampung. Yaitu Kampung Sebotih, Kampung Mesjid, Kampung Baru dan Pasirkotabaru Tengah. Dan tempat lahirnya orator ini sebenarnya di Kampung Sebotih (diucapkan Subotiah dalam dialek setempat).
Jupendri, dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama Rosnidar. Ayahnya bernama Jakfar Sarkawi, seorang PNS guru Sekolah Dasar. Pernah pula menjadi guru MTs di Pasir Pengaraian sebentar sebelum kembali mengajar di Sekolah Dasar. Jupendri merupakan satu-satunya anak laki-laki dari 8 orang bersaudara. Saat ini Jupendri memiliki dua orang anak dari pernikahannya dengan Nurrahmi Yulianti, S.Sos., yaitu Zara Fakhirah Shakeela dan Muhammad Fatian Almair. Saat ini berdomisili di Pekanbaru.
Pendidikan yang beliau tempuhi mulai dari Sekolah Dasar Negeri 011 Rambah lulus tahun 1996. Kemudian melanjutkan ke MTs Negeri 01 Rambah lulus tahun 1999 dan melanjutkan ke SMU Negeri 1 Rambah lulus tahun 2002. Jenjang perguruan tinggi S1 ditempuhnya di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan tahun 2006, kemudian S2 di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) tahun 2010. Selanjutnya S3 (doktoral) ditempuhnya di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tahun 2019.
Profesi dan pekerjaan yang pernah beliau lakoni adalah menjadi wartawan, pegawai Badan Pengurus Harian Perguruan Tinggi Muhammadiyah, Dosen Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI). Pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UMRI. Kemudian kepakaran beliau juga mengantarkannya sebagai tenaga ahli di beberapa tempat yaitu DPRD Pelalawan, DPRD Riau dan sekarang DPRD Kota Pekanbaru.
Kembali kepada orasi ilmiah yang disampaikannya yang berjudul “Urgensi Pendidikan dalam Mengentaskan Kemiskinan,” maka sedikit dibahas substansi dari orasi ilmiah tersebut. Bahwa kemiskinan merupakan fenomena dan menjadi masalah besar yang sedang dihadapi negara-negara yang berkembang, seperti negara kita Indonesia. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan dan kesenjangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan.
Semakin besar angka kemiskinan, semakin tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya. Negara maju menunjukkan tingkat kesenjangan pendapatan dan angka kemiskinan yang relatif kecil dibanding negara sedang berkembang dan untuk mengatasinya tidak terlalu sulit mengingat produk domestik bruto (GDP) dan produk nasional bruto (GNP) mereka relatif tinggi. Kemiskinan muncul karena ketidakmampuan sebagian masyarakat untuk menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Kondisi ini menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia sehingga produktivitas dan pendapatan yang diperolehnya rendah.
Untuk provinsi Riau, secara kuantitatif jumlahnya mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Jumlah orang miskin tersebut tersebar pada seluruh daerah diantaranya di Provinsi Riau yaitu sebanyak 485.030 jiwa. Dari jumlah ini, 74.730 jiwa terdapat di Kabupaten Rokan Hulu. Jumlah yang merupakan tertinggi diantara 12 Kabupaten/Kota se Provinsi Riau yaitu 10.4%. Tentu saja hal ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah daerah maupun semua elemen masyarakat di Rokan Hulu. Berbagai solusi harus dipertimbangkan untuk dilaksanakan dalam mengatasi kemiskinan ini.
Nurkse (Kuncoro, 2006) menggambarkan dalam teori lingkaran kemiskinan bahwa keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas manusia. Rendahnya produktivitas manusia akan mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan yang diterima akan berakibat pada rendahya tabungan dan rendahnya investasi. Investasi bisa berupa investasi sumber daya manusia yaitu dengan ukuran pendidikan, maupun investasi kapital dengan ukuran konsumsi.
Berdasarkan teori lingkaran kemiskinan tersebut dapat diketahui ada beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan diantaranya tingkat pendidikan. Pendidikan diakui secara luas memiliki peran sebagai pemimpin dalam instrumen pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu pendidikan semakin dikembangkan. Hal tersebut dilakukan karena pendidikan mampu memperbaiki kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan (Bloom, 2006).
Pendidikan memiliki peran penting dalam mengurangi kemiskinan baik secara tidak langsung maupun secara langsung. Secara tidak langsung melalui perbaikan produktivitas dan efisiensi, sedangkan secara langsung melalui pelatihan. Dengan bekal keterampilan yang dimiliki akan dapat meningkatkan produktivitas dan pada waktunya akan meningkatkan pula pendapatan (Arsyad, 2010). Pendidikan adalah investasi diri untuk masa depan lebih baik. Pendidikan adalah citra diri agar kehidupan bermartabat serta eksis. Sebagai investasi masa depan, proses pendidikan merupakan pengharapan utama agar kehidupan di masa depan tidak mengalami kesulitan dan dapat mencapai kebahagian maksimal.
Pada hakikatnya kehidupan terbagi atas dua kondisi dan keduanya terpisah oleh sebuah jurang yang dalam dan terjal. Pada satu sisi, kita berada pada situasi yang sangat tidak enak, tetapi pada sisi lain terjanjikan kehidupan yang lebih baik. Tentu saja semua orang berorientasi untuk mencapai sisi seberang yang membahagiakan. Mereka tidak ingin terus berada pada kondisi yang tidak enak sehingga pendidikan menjadi alternatif persiapan terbaik. Oleh sebab itu pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara berkelanjutan, karena kemiskinan akan terus ada. Melalui pendidikan yang sustainable diharapkan pengentasan kemiskinan akan dapat dicapai.
Itulah dasar pemikiran dan kesimpulan yang menjadi substansi dari orasi ilmiah yang telah disampaikan. Menurut Dr. Desmelati, M.Sc. selaku Ketua STKIP Rokania secara terpisah mengatakan bahwa tujuan awalnya dari pendirian perguruan tinggi STKIP Rokania sejalan dengan apa yang disampaikan dalam orasi ilmiah Dr. Jupendri, S.Sos., M.I.Kom. ini, yakni untuk mencerdaskan masyarakat terutama yang berkuliah di STKIP Rokania. Diharapkan para wisudawan ini dapat menerapkan ilmu dan wawasan yang diperolehnya selama berkuliah untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat di daerahnya masing-masing.
Secara khusus dalam sambutannya, Dr. Desmelati, M.Sc. juga menyampaikan bahwa Kab. Rokan Hulu memiliki perguruan tinggi yang cukup banyak. Sehingga jika dibina dengan baik tentu secara langsung dan tidak langsung dapat menjadi investasi dalam bidang pendidikan yang memiliki andil untuk mengurangi dan mengentaskan kemiskinan. (hf)
Penulis/Editor: Hasrijal