Rokania (14/04/2022) – Penulis kembali teringat pepatah Arab, maksudnya pepatah yang berkembang pada bangsa Arab dahulu yang berbunyi “salamatal insaan, fi hafizhillisaan” yang kira-kira harfiahnya berarti “keselamatan insan tergantung pada lisan” atau keselamatan manusia tergantung kepada kemampuannya menjaga lisannya. Ini berarti bahwa lisan atau lidah yang mengeluarkan perkataan memiliki kemampuan luar biasa terhadap manusia. Pepatah ini sejalan dengan ungkapan yang populer di dunia Barat, yaitu “pena itu lebih tajam dari pedang”.
Siapakah pelaku ini semua? Kita dapat menebak bahwa para penyair, penyiar, sastrawan, wartawan, penulis, jurnalis, dan lainnya dapat mempengaruhi kehidupan manusia melalui perkataan dan tulisan. Terutama sekali para sastrawan, kelebihannya adalah karya sastranya selalu abadi. Abadi melalui lisan dan juga tulisan. Sastrawan kadang-kadang tidak harus terus-menerus membuat karya, tetapi ada sastrawan yang selalu hadir di mana-mana. Ada sastrawan yang punya ilmu mumpuni tentang kesusastraan. Ada sastrawan yang melakoni bidang kesenian yang disebut seniman. Seni peran, seni musik, seni tari, seni lukis, koreografer dan lain sebagainya.
Kali ini penulis ingin mengetengahkan profil seorang sastrawan. Penulis lebih senang menyebutnya sastrawan dari pada gelar lainnya seperti seniman, dan lain-lain. Walaupun dalam penilaian penulis beliau itu multi peran. Pernah melakoni seni peran, pengajar dan pendidik, pembicara dalam pengetahuan sastra dan kemanusiaan, penulis puisi, penulis ilmiah, dan lain sebagainya. Beliau adalah Dr. Hermawan, M.Hum., yang profilnya ini penulis dapatkan langsung dari beliau. Saat ini beliau adalah dosen Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia (PBSI) STKIP Rokania.
Namanya Hermawan, akrab dipanggil An, lahir di Jakarta pada 14 Desember 1961. Berlatar belakang pendidikan S1 Sastra Indonesia di Universitas Bung Hatta Padang (1986) dengan judul skripsi “Memahami Adam Ma’rifat Kumpulan Cerpen Danarto“. Menyelesaikan Magister Humaniora pada Fakulta Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tahun 1998 dengan tesis “Profil Wanita dalam Kaba“. Kaba adalah salah satu jenis budaya seni tradisional di kaum Minangkabau, dan di Rokan Hulu, Riau disebut dengan Koba. Beliau menyelesaikan program Doktoral pada Universitas Negeri Padang (UNP) tahun 2018 dengan disertasi “Profil Perempuan dalam Teks Sastra Pengarang Minangkabau“.
Diskusi dan bincang-bincang tentang berbagai permasalahan terutama kesusastraan adalah kesukaannya. Tidak sulit menghubungi orang yang sangat bersahaja ini. Saat ini beliau tinggal di Jl. Bakti ABRI No36 RT 01 RW 1 Kelurahan Batangkabung-Ganting Kecamatan Kototangah, Padang, 25172, telepon 081363260719, WA 081261177458. Alamat email: hermawan.caniago@gmail.com, dan hermawanan@yahoo.co.id. Bapak Hermawan (biasa dipanggil di kampus) sangat aktif juga di media sosial seperti facebook.
Menilik ke masa lalu dalam perjalanan karirnya, pada tahun 1990 – 1991 membantu pembuatan sinetron “Jendela Rumah Kita” episode “Cintaku Tertahan di Lahan Harapan” bersama Dede Yusuf. Pernah ikut membantu pembuatan sinetron Siti Nurbaya yang terkenal dan pernah populer di televisi waktu itu, serta sinetron “Sengsara Membawa Nikmat” produksi TVRI dan Pemda Sumatera Barat, sekaligus pemain figuran dengan sutradara Dedi Setadi dan Agus Wijoyono. Terakhir sinetron Pulanglah Si Anak Hilang bersama sutradara Kardy Said yang ditayangkan oleh TPI (Televisi Pendidikan Indonesia). Dari tahun 1991 – 1992 pernah menjadi redaktur tamu di “Remaja Minggu Ini” Haluan Minggu untuk membicarakan cerpen-cerpen yang terbit setiap minggu.
Memahami Dua Cerpen Danarto, antologi Esai dan Kritik Dari Kemilau Masa Lampau, cerpen Pengantar Koran, masuk dalam antologi cerpen Sepenggal Rindu Dibatasi Waktu (2015). Masuk dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia Yayasan Hari Puisi (2017 – 2019). Mengungkap Perempuan, Bajak dan Laut prolog antologi puisi Perempuan Bajak Laut (2018), dan prolog Menghilir Sungai Tak Berkuala, Himpunan Sajak Cinta Rakyat karya Yassinsalleh terbitan Pena Padu Malaysia. Kemudian Kerinduan yang Mengingat prolog kumpulan puisi Air Mata Laut dan Zikir Hati karya Laksamana Selat Lalang (2019). Pendidikan Satra: Pengembangan Wawasan antologi bersama Kritik Sastra dan Esai editor Bmbang Widiatmoko (2021). Rindu di Perantauan epilog kumpulan puisi Angin Senja di Tepian Telaga karya Sam Mukhtar Chaniago (2022).
Lelaki yang hobi mengembara ini telah mulai menulis sajak semenjak tahun 1982. Enam puisinya pernah diterbitkan Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Bung Hatta dalam Antologi Puisi 86 GAGA. Walaupun masih dalam bentuk yang sederhana ia sudah berani membukukan hasil karya puisi beberapa mahasiswa di Fakultas Sastra Universitas Bung Hatta pada tahun 1986. Sehari-hari kerjanya sebagai staf pengajar Kopertis Wilayah I dari 1987 – 1990 dpk Akademi Manajemen Koperasi (AKOP) Sumatera Barat. Setelah itu tahun 1991 – 1998. Staf pengajar Kopertis Wilayah X dpk Universitas Bung Hatta 1998 – 2006, seterusnya mengajar dan menjadi Wakil Direktur di Akademi Manajemen Informatika Komputer (AMIK) Kosgoro 2007 – 2015.
Semenjak Agustus 2015 ditetapkan sebagai dosen PNSD Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis)/Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X (Sumbar, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau) pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Rokania, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Pernah menjabat sebagai Sekretaris Dewan Kesenian Padang 2004 – 2014. Kemudian Sekretaris Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komda Sumatera Barat 2005 – 2015. Ketua HISKI Komisariat Daerah Sumatera Barat periode 2016 – 2020.
Selain mengemban beberapa jabatan disebutkan di atas ia juga aktif menyajikan makalah tentang sastra dan pendidikan di berbagai pertemuan ilmiah. Menjadi Koordinator Ziarah Karyawan/Kesenian Indonesia. Juri cipta Puisi FLS2N Propinsi Sumatera Barat dari tahun 2006 sampai 2016. Puisi-puisi yang terbit dalam Bung antologi bersama puisi dosen Universitas Bung Hatta dan Ragam Puisi Kolaborasi Cinta Anak Negerimu, Patah Tumbuh Hilang Berganti (2015), Blencong, Menyemai Ingat Menuai Hormat, Matahari Cinta Samudera Kata, Nyanyian dari Hutan, Pantai, dan Taman Kota, (2016). Aceh 5:03 6,4 SR, 6,5 SR Luka Pidie Jaya, Nyanyian Puisi untuk Ane Matahari, Menderas Sampai Siak, Mufakat Air, Nyanyian Gerimis (2017), Sendja Djiwa Pak Budi dan Epitaf Kota Hujan serta Anggraini.
Lalu Tugu dan Rindu kumpulan puisi Pematangsiantar Penyair Nusantara, Do’a Seribu Bulan antologi puisi ASEAN, Wangian Kembang antologi puisi ASEAN dan India, 999 Sehimpun Puisi Penyair Riau HPI 2018 Riau, antologi puisi Guru Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu gerakan seribu guru ASEAN menulis puisi rekor MURI, Bumi Puisi, (2018), Kitab Puisi Indonesia 1001 Cinta, 1001 Rindu (terbitan HISKI & anam pustaka www.AMBAU.ID 2019), Jazirah 2 Segara Sakti Rantau Bertuah, Lelaki Yang Mendaki Langit Pasaman Rebah ke Pangkal Pasaman dalam Puisi Penyair Nusantara, Jakarta dan Betawi Doeloe, Kini dan Nanti, (2019), Tegal Mas Island Poetry International Festival dalam antologi, Mahligai Penyair Titi Payung, Pringsewu, Berbisik pada Dunia, Pademi Puisi antologi bersama melawan covid-19, Resepsi Menyunting Purnama, Santun 79 Mencumbu Kalbu, (2020), Perempuan Pengantin Puisi dalam Opera Tujuh Purnama, Jakarta dan Betawi, 76 Penyair Membaca Indonesia, Seribu Tahun Lagi, Khatulistiwa antologi puisi dari Neeri Poci, Persetujuan dengan Chairil, Plekung Yogyakarta dalam Sajak, 93 Penyair Membaca Ibu, Ombak, Camar, dan Kerinduan Jairah Delapan (2021).
Sekian banyak karya sastra yang telah dipersembahkannya, sumbangan tulisan, seni peran dan berbagai jabatan yang diembannya sangat patut diapresiasi. Namun dalam kesehariannya Pak Hermawan tetaplah orang yang sederhana dan bersahaja. Tetap tunak menjalankan tugasnya. Bahkan hampir selalu hadir di mana saja acara sastra diselenggarakan. Penulis merasakan tak pernah cukup waktu jika berdiskusi dan berbincang bersamanya, karena akan selalu menarik setiap topik yang dibicarakan.
Penulis: Hasrijal (Pembina Yayasan Rokan Riau Raya, Pasir Pengaraian)