REFLEKSI JUM’AT PAGI: Om “TEMPE”
Oleh: H. A. U. Chaidir
Apa itu “tempe”?
Bukan lauk untuk teman makan nasi, bukan.
Bukan, bukan pula Taman Makam Pahlawan.
Yang dimaksud dengan tempe disini ialah TMP (Tahu, Mengerti, dan Paham).
Tiga kata yang hampir setiap hari kita dengar dan gunakan didalam percakapan. “Tahu, Mengerti, dan Paham” sering digunakan dalam kontek yang sama akan tetapi dalam nuansa yang berbeda.
TMP:
1. Tahu. Tahu ialah memiliki pengetahuan atau informasi tentang sesuatu.
Contohnya. : Mereka “tahu” kitab suci al-Qur’an.
Pengetahuan lebih bersifat pasif, hanya memiliki pengetahuan saja, tanpa harus memahami lebih dalam.
2. Mengerti. Mengerti ialah memahami, atau mengerti makna dan kosep dari sesuatu.
Contoh : Mereka mengerti kitab suci al-Qur’an,
Artinya mereka tahu dan mengerti membaca, menterjemah, struktur, klasifikasi bahkan tafsirnya, seperti para orientalis. Akan tetapi mereka belum menyentuh sisi terdalam dan ranah pemaknaan yang berisi pesan-pesan spiritual. Mengerti lebih bersifat memahami dan meng-interpretasi-kan sebuah informasi.
3. Paham. Paham ialah memiliki pemahaman yang mendalam dan luas tentang sesuatu.
Contoh : Mereka memahami kitab suci al-Qur’an. Artinya mereka tahu, mengerti, memahami secara mendalam, luas dan komprehensif terhadap pesan dan makna yang terkandung didalam kitab suci al-Quran tersebut. Paham lebih bersifat komprehensif, yaitu memiliki pemahaman yang menyeluruh dan mendalam tentang sesuatu konsep atau teori.
Dalam keseharian, ketiga kata ini selalu digunakan secara bergantian, akan tetapi secara umum. :
* Tahu, lebih bersifat dasar, pengetahuan dasar tentang sesuatu.
* Mengerti, lebih bersifat analitis, memahami dan meng-interpretasi-kan informasi.
* Paham, lebih bersifat komprehensif, yaitu memiliki pemahaman yang luas dan mendalam tentang sesuatu.
Untuk bisa mengerti, kita harus memulai dari anak tangga “tahu” dulu, yaitu anak tangga pertama.
Tahu atau mengetahui itu bisa didapat karena diberitahu atau dicari tahu (yang sekali-kali jangan ialah tidak mau tahu).
Paham baru akan didapat setelah kita menaiki anak tangga kedua dulu, anak tangga”mengerti” , tidak bisa lompat dari tahu ke paham. Seperti itulah fase-fase yang harus kita lewati, tidak bisa secara lompat-lompat. Oleh karena itu, janganlah berhenti di anak tangga “mengetahui” saja, naiklah ke-anak tangga mengerti, anak tangga ke-dua yang lebih tinggi untuk mendapatkan pengertian dari suatu informasi.
Selanjutnya jangan pula puas berada di-anak tangga mengerti saja, teruslah naik lebih tinggi lagi, ke-anak tangga “paham”.
Kalau kita sudah berada pada anak tangga paham, maka “kepahaman” itulah yang akan membantu, memandu atau menuntun kita untuk merespon, menyikapi, serta membuat kesimpulan secara komprehensif terhadap suatu informasi.
Semakin mendalam dan komprehensif pemahaman seseorang terhadap suatu informasi, maka akan semakin mendekati kebenaran pula-lah respon , sikap dan kesimpulan seseorang terhadap informasi itu.
Sebaliknya, semakin minim pemahaman seseorang tentang sesuatu, maka akan semakin berpotensi pula, seseorang itu akan melakukan respon, sikap, dan kesimpulan yang kurang komprehensif, kalau tidak mau dikatakan salah.
Begitulah pentingnya bagi kita untuk memahami sesuatu itu secara holistik, komprehensif sebelum menentukan sikap atau memberikan respon dan kesimpulan terhadap suatu informasi yang kita terima. Semakin dalam pemahaman seseorang terhadap suatu informasi maka akan semakin bijak pula sikap dan respon seseorang terhadap informasi tersebut. Pemahaman yang mendalam akan melahirkan respon, sikap, kesimpulan, kebijakan dan keputusan yang positif terhadap suatu fenomena atau informasi.
Kesimpulan.
1. Pemahaman baru bisa didapat, harus melalui fase-fase, yakni diawali dari tahu, terus mengerti, kemudian baru paham.
2. Jangan menjadi manusia yang merasa puas hanya sampai di-tataran mengerti, yang belum mendalam dan komprehensif.
3. Atau, orang merasa cukup dengan tahu akan sesuatu, tingkatan paling dasar, sekedar pengetahuan, tiada pengertian apalagi pemahaman.
4. Jadilah insan yang dapat memahami arti dan makna dari segala sisi-sisi kehidupan ini.
5. Bersiaplah menanggung kepedihan, bagi orang yang tidak mau tahu dengan makna dan arti kehidupan ini. Nau’dzubillah.
Pekanbaru, 4 Juli 2025
H. A. U. Chaidir.