Sejarah Singkat Istana Rokan
Provinsi Riau ternyata memiliki banyak peninggalan sejarah kerajaan yang sangat menarik, salah satunya kerajaan Rokan yang berada di kabupaten Rokan Hulu lebih tepatnya di Rokan IV Koto. Istana Rokan memiliki sejarah yang sangat beragam mengenai peninggalan sejarahnya, setiap warga memiliki pandangan masing-masing dan cerita yang menarik mengenai sejarah peninggalan istana Rokan ini.
Seorang tokoh masyarakat Rokan IV Koto, Bapak Samsiani menjelaskan sejarah singkat istana Raja Rokan yang dahulu bernama Rokan Tinggi. “Dulu, kerajaan Rokan itu berdiri di seberang sungai Rokan Kiri. Namanya Rokan Tinggi. Raja pertamanya yang dijemput dari Pagaruyung pada 1600-an bergelar Sutan Ibrahim,” kata Bapak Samsiani. “Nah! Raja kedua setelah itu baru pindah ke lokasi sekarang dan membuat kampung,” tambahnya
Bapak Samsiani juga menjelaskan bahwa dulu berdirinya kerajaan Rokan itu kawasannya didominasi oleh air dan sangat jarang adanya daratan. Sekitar 6 km ke hilir, ada negeri bernama Sitinjau Laut, pada masa itu kawasan tersebut merupakan kampung dengan dataran tinggi. Di Istana Rokan terdapat simbol yang mirip naga, namun, secara khazanah Melayu, simbol tersebut tidak dikenal.
Kepala Bappeda Rohul Yusmar pernah meneliti soal tersebut mengatakan, khazanah Melayu mengenal simbol buaya, bukan naga. Simbol tersebut merujuk sebuah perjanjian antara para raja dan buaya untuk saling menghormati dan tidak saling menyakiti.
Di kalangan masyarakat setempat juga mengatakan bahwa tidak pernah ada kejadian orang dimakan buaya. Hal ini, konon dikaitkan dengan kisah perjanjian tersebut, oleh karena itu dibuatlah lambang buaya di Istana Rokan.
Sejarah istana Rokan pasti tidak akan perlah luput dari sejarah kesultanan yang pernah berjaya dan berkuasa di wilayah Rokan. Nama kesultanan Rokan berasal dari bahasa Arab “Rokana” yang berarti damai dan rukun. Kesultanan yang merupakan kerajaaan Rokan Tua ini memiliki beberapa sultan yang berasal dari Minangkabau, seperti Sultan ke-6 yang mana seorang raja pertama dari Pagaruyung bernama Yang Dipertuan Sakti Mahyuddin.
Kesultanan ini didirikan oleh Sultan Seri Alam dari Koto Banio Tinggi di tahun 1340. Terdapat 15 sultan yang memerintah kerajaan sampai akhirnya Kesultanan mengalami kehancuran. Berikut nama-nama ke-15 Sultan yang pernah memerintah kesultanan ini:
- Sultan Seri Amal (1340-1381)
- Tengku Raja Rokan (1381-1454)
- Tengku Sutan Panglima Dalam (1454-1572)
- Tengku Sutan Sepedas Padi (1519-1603)
- Tengku Sutan Gemetar Alam (1572-1603)
- Yang Dipertuan Sakti Mahyuddin (1603-1645)
- Yang Dipertuan Sakti Lahid (1645-1704)
- Tengku Sutan Rikan (Pemangku) (1704-1739)
- Yang Dipertuan Sakti Selo (1739-1805)
- Andiko Yang Berempat (Wakil) (1805-1817)
- Dayang Datuk Mahudun Sati (Pemangku) (1817-1837)
- Yang Dipertuan Sakti Ahmad (1837-1859)
- Yang Dipertuan Sukti Husin (1859-1880)
- Tengku Sutan Zainal (1880-1903)
- Yang Di Pertuan Sakti Ibrahim (1903-1942)
Setelah diperintahkan oleh sultan terakhirnya. Kesultanan Rokan IV Koto mengalami kehancuran disebabkan karena invasi dari Aru dan Aceh bagian utara. Peninggalan kesultanan Rokan IV Koto yang masih ada sampai sekarang adalah Istana Rokan.
Dengan beragaamnya cerita sejarah, ada sejarah yang sudah banyak di ketahui di kalangan semua orang dan masyarakat, dimana istana ini dikenal dengan sebutan istana berukir naga karena hampir di setiap bagian sisi dari istana ini terdapat kayu yang berukiran gambar naga.
Diperkirakan, kerajaan Rokan sudah berdiri sejak abad ke 18, usai runtuhnya kerajaan Rokan Tua. Kini, Istana Rokan IV Koto satu-satunya istana kerajaan yang tersisa di kabupaten Rokan Hulu. Kerajaan Rokan IV Koto terletak berdampingan dengan Kerajaan Kunto Darussalam yang sama-sama terletak di kawasan Rokan Kiri. Sementara tiga kerajaan lainnya terletak di kawasan Rokan Kanan, yakni kerajaan Tambusai, kerajaan Rambah, dan kerajaan Kepenuhan. Sementarara di kompleks istana empat kerajaan lainnya, yakni, Rambah, Kunto Darussalam, Tambusai dan Kepenuhan sudah hilang.
Istana ini terdiri dari dua tingkat. Pada tingkat pertama, merupakan ruang pertemuan raja serta beberapa kamar raja dan tingkat kedua merupakan ruang pribadi raja. Dibagian depan lantai satu istana Rokan IV Koto ada empat buah jendela satu pintu, dan satu pintu masuk ruang istana yang berukuran besar. Sedangkan di samping kiri dan kanan, terdapat masing-masing satu jendela memiliki kain gorden berwarna kuning. Pada lantai dua yang lebih berukuran kecil ada tiga pintu jendela di bagian depan dan satu jendela di bagian samping. Penempatan dan struktur rumah tampak penuh estetika dan unik.
Keelokan kian dipadu dengan beranda istana dengan tiga tangga masuk. Dinding istana yang terbuat dari kayu dan diberi sentuhan cat berwarna kuning lembut dan kuning keemasan terang, yang merupakan perlambangan dari kemakmuran. Ada keagungan yang terpancar dari istana ini ketika memandangnya dari luar. Sementara arsitektur atapnya bersilang di bagian ujung dan lantai pada bagian bawahnya.
Di berandanya terdapat enam tiang yang berbeda ukirannya. Empat tiang di beranda mewakili suku asli di Rokan IV Koto dan dua tiang lainnya melambangkan dua suku yang datang kemudian. Selain itu, beberapa bagian istana terdapat ukiran motif naga, kalajengking dan sulur-suluran. Ada juga cumonde yang dibuat dengan motif naga sedang mengarungi sungai lengkap dengan motif sulur-sulurannya. Di bagian dinding luar istana juga terdapat dua buah ukiran dangan motif naga yang melambangkan raja dan ratu kerajaan tersebut, ukiran juga terdapat pada tiang-tiang beranda serta disetiap bagian anak tangga menuju pintu masuk istana.
Kemudian, di dalam istana terdapat ruang pertemuan kerajaan. Di dalam ruang pertemuan tersebutlah Raja Rokan IV Koto menggelar pertemuan-pertemuan penting dengan kalangan-kalangan bangsawan, alim ulama dan tokoh adat. Di bagian dinding dalamnya dilapisi dengan kain tirai panjang berwarna kuning keemasan dan berbagai hiasan lainnya yang juga berwarna keemasan. Kemudian bagian di langit-langit istana juga dilapisi kain yang berwarna hijau dan merah. Pada bagian lantai, terhampar tikar anyaman rotan.
Di bagian salah satu ujung rumah, terdapat singgasana Raja Rokan IV Koto. Singgasana ini terletak lebih tinggi dari lantai. Bagian singgasana yang empuk tersebut ada juga bantal-bantal untuk sandaran atau alas duduk bersulam emas. Di sebelah kiri dan kanan singgasana, beberapa payung raja berwarna keemasan. Pada setiap ujung-ujung payung ada hiasan-hiasan keemasan. Warna kuning keemasan yang sangat dominan pada singgasana raja Rokan jelas memperlihatkan keagungan. Sedangkan di sebelah kiri dan sebelah kanan dari singgasana raja, terdapat bantalan duduk memanjang dengan ketebalan sepuluh centimeter.
Tempat duduk tersebut diperuntukkan bagi kaum bangsawan, alim ulama, tokoh adat dan tamu yang datang berkunjung. Bagian dinding dalam istana juga terdapat ukiran dua naga yang sedang beradu. Dalam istana juga terdapat satu anak tangga untuk ke loteng tingkat pertama. Di loteng ini terdapat anak tangga kecil untuk naik ke tingkat kedua, yang merupakan tempat raja dan permaisuri beristirahat. Di bangunan depan istana terdapat rumah datuk bendahara kerajaan dan beberapa rumah adat pesukuan.
Rumah yang disebut dengan rumah pagodaan dalam bahasa melayu Rokan ini sengaja dibangun untuk merefleksikan suku-suku yang ada di kerajaan Rokan IV Koto diantaranya suku Mais, suku Modang, suku Melayu, dan suku Minangkabau. Kini rumah-rumah pada kompleks istana Rokan IV Koto tersebut masih ada yang didiami dan sebagian lainnya sudah kosong dan menjadi simbol pelengkap sejarah istana Rokan IV Koto. Selain rumah dan benda cagar alam lainnya, kompleks istana ini juga dilengkapi beberapa makam raja Rokan IV Koto dan para tetua suku yang tinggal di dalam kompleks istana Rokan IV Koto.
Sekitar halaman depan dan belakang selalu dijaga kebersihannya dan dirawat dengan baik oleh masyarakat sekitar. Walaupun pagar Istana Rokan jarang dikunci, warga sekitar tetap tidak merusak bangunan istana tersebut. (Disarikan dari berbagai sumber)
Penulis: Ikhlima Fatimah Zahra, Nur Halimah, Rukiyah Harapan, Jefri Harianto Hasibuan
Editor: Hasrijal