Pekanbaru (18/09/2023) – Akhir-akhir ini perkembangan kuliner semakin menjadi-jadi di Pekanbaru. Berbagai tempat telah menjadi titik sentra wisata kuliner. Berbagai macam ragam jenis makanan dan minuman dijajakan. Baik yang berupa warung di pinggir jalan maupun berbentuk resto dan café. Baik yang masakan sendiri maupun yang berbentuk franchise. Semua seperti berlomba-lomba dalam wisata kuliner ini.
Pada Sabtu (16/09) mulai pukul 09:00 WIB telah dilaksanakan Soft Opening Soto Bening Boyolali (SBB) Mbak Sri di Jalan Perkasa No. 41, Limbungan, Rumbai. Kuliner ini merupakan franchise yang pusatnya di Boyolali, yakni SBB Mbok Roes. Pak Son Ani (pensiunan PT. Chevron Pacific Indonesia) dan Mbak Sri Zuliarny (mantan atlet bowling Riau) adalah pasutri yang memiliki SBB Mbak Sri ini. Menurut Pak Son (biasa dipanggil), soto bening ini resepnya memang langsung didatangkan dari pusatnya di Boyolali. Lebih kurang seminggu koki dari Boyolali telah melatih para koki SBB Mbak Sri ini. Tentang rasa telah disesuaikan dengan selera umumnya orang Pekanbaru.
Pada hari diadakannya soft opening tersebut semua makanan dan minuman yang tersedia gratis untuk para undangan. Hadir pada acara tersebut dari berbagai kalangan baik pemerintahan, TNI Angkatan Darat maupun berbagai komunitas dan masyarakat setempat. Untuk Grand Opening dilaksanakan selama dua hari yaitu Minggu (17/09) dan Senin (18/09). Selama grand opening para tamu atau konsumen mendapatkan diskon 20% untuk seluruh menu yang tersedia. Untuk diketahui bahwa SBB Mbak Sri menyediakan lebih dari 30-an menu makanan dan minuman.
Tentang menu ini ada sesuatu yang menggelitik penulis. Dalam piring gorengan tersedia berbagai macam jenis goreng. Namun yang menarik perhatian penulis adalah adanya gorengan berupa sala lauak. Gorengan asal Sumatra Barat. Sala adalah jenis gorengan yang banyak disukai masyarakat termasuk penulis. Namun ada yang anehnya di sini. Kenapa hanya ada 3 (tiga) biji dalam setiap piringnya? Penulis belum mengkonfirmasi ini kepada Pak Son Ani, namun sudah menduga jawabannya. Selama bergaul sesama pemancing, penulis sering mendapatkan cerita dari Pak Son Ani tentang masa kecilnya di kota Salatiga. Nah! Dapat dicurigai bahwa kenapa jumlah sala dalam tiap piringnya tiga biji. Ini diduga kuat untuk menunjukkan kode Sala Tiga, yaitu kota Salatiga.
Penulis: Hasrijal Farmaduansa