Pasir Pengaraian (14/03/2023) – Tidak berapa lama lagi dari sekarang kita memasuki bulan Ramadan 1444 H. Penghujung Ramadan adalah libur, dan kebiasaan bagi bangsa Indonesia yang muslim adalah pulang kampung. Kali ini saya teringat akan beberapa teman yang pulang kampungnya ke tepi laut, terutama laut-laut di pesisir pantai Riau. Termasuk juga yang libur lebaran ke provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Ada kegiatan wisata mancing yang dapat dilakoni.
Pernah pada Ahad, 15 September 2013, tulisan saya tentang kegiatan memancing beberapa teman saya yang tinggal di Dumai diterbitkan di koran Riau Pos. Tepatnya pada halaman yang diberi judul “Mancing Asyik.” Teman-teman tersebut yang tergabung dalam Komunitas Pemancing Riau (KoPeR) adalah Apri Rabialdi dan Herry Herlambang. Mereka memancing di sekitaran laut Dumai menargetkan ikan siakap alias kakap putih. Nama pasarannya Baramundi atau Barramundi dalam Bahasa Inggris. Berikut ini tulisan tersebut yang pernah dimuat di Riau Pos.
Strike Baramundi Saat Pasang
Ikan baramundi yang dikenal dengan ikan kakap putih atau ikan siakap, bernama ilmiah Lates calcarifer Bloch 1790, adalah ikan istimewa yang bisa hidup di air tawar dan air asin. Ikan ini dikenal juga dengan ikan muara karena sering didapati di sekitar muara-muara sungai di pesisir pantai. Saat ini sudah banyak masyarakat yang membudidayakan ikan ini di tambak-tambak karena nilai ekonomisnya yang cukup tinggi.
Keistimewaan lain ikan ini adalah bisa bertukar kelamin (hermaproditik). Pada usia muda ikan ini umumnya berkelamin jantan, namun setelah sekali pembuahan maka akan berubah menjadi betina. Ikan kakap putih besar pada umunya adalah yang betina. Ikan ini bertelur di muara yang kondisinya payau, kemudian menelusuri sungai menjelang dewasa. Setelah dewasa kembali lagi ke muara untuk bertelur. Ikan ini banyak juga terperangkap di kolam-kolam di pinggiran sungai atau laut.
Memancing ikan ini membutuhkan kepekaan yang tinggi. Sebab kakap putih sangat sensitif dengan kondisi air. Menurut Apri Rabialdy dan Herry Herlambang, pemancing dari Dumai yang sudah sering menaikkan ikan kakap putih, lokasi mancing biasanya dekat muara sungai atau laut yang dekat dengan pantai. Kalau untuk wilayah Dumai dan sekitarnya bisa di muara Sungai Dumai, di dermaga-dermaga atau sungai-sungai lainnya. Orang-orang mancing kakap putih di dermaga biasanya malam hari dengan teknik ngoncer pakai umpan hidup anak ikan belanak atau udang. Bisa juga siang hari tergantung pasang surut air laut. Biasanya ketika air naik pasang lebih menjanjikan strike. Yang paling sering ketika air laut berubah arah mau pasang atau saat mau surut.
Kalau dengan teknik casting biasanya mulai dari pagi sampai sore hari. Juga tergantung pasang surut air laut. Paling enak casting ketika air sudah pasang dan mulai surut sampai air surut habis. Namun lain tempat kayaknya lain juga kebiasaan ikan makan. Di beberapa tempat paling sering pada saat air naik pasang. Tapi di rampang tempat yang biasa mancing kakap putih paling sering strike saat air sedang surut. Kekeruhan air kelihatannya tidak begitu berpengaruh. Kesimpulan sebenarnya tergantung kondisi kepayauan air. Ikan kakap putih lebih suka makan dalam kondisi payau tertentu, yaitu saat air asin dan air tawar bercampur. Kemudian dalam kondisi arus air yang tenang.
Umpan casting bisa minnow dengan kedalaman 0,5 sampai 2 meter. Bisa juga pakai spoon atau spinner. Joran atau rod yg biasa kami pakai ukuran 180 – 198 cm dan kekuatan 12 – 25 lbs dengan line PE2 atau PE3, sedangkan reel ukuran 3000 – 5000. Warna lure (umpan) mungkin sangat menentukan disesuaikan dengan tingkat kekeruhan air. Ikan ini bisa mencapai berat 30 kg. Jadi oleh sebab itu perangkat yang digunakan harus kuat dan cara menggunakannya juga harus pintar. Salah satu sensasi strike ikan ini adalah selalu melompat ke udara saat kena pancing. Kondisi ini bisa saja menanggalkan kaitan mata pancing jika tidak disiasati dengan tepat.
Berbeda dengan pengalaman Deddy JR yang pernah mendapatkan ikan kakap putih seberat 23,6 kg di Sungai Kampar. Lokasinya di perairan sungai Kampar sebelum Pelalawan. Saat itu dia hanya memancing ikan patin dengan umpan roti. Namun yang menyambar ternyata ikan kakap putih besar. Beberapa pemancing lain juga pernah mendapatkan ikan kakap putih ini di perairan Sungai Kampar di Pelalawan.
Masyarakat di provinsi Riau pantas bersyukur dengan adanya empat sungai besar yang bermuara ke pesisir. Sungai-sungai itu ialah Rokan, Siak, Kampar dan Indragiri. Keempat sungai ini dan anak-anak sungainya berpotensi sebagai habitat ikan kakap putih. Dan ini adalah surga bagi pemancing yang memiliki target ikan ini. Namun sebagai masyarakat Riau, kita harus senantiasa menjaga sungai-sungai ini agar tidak tercemar. Indikator pencemaran sungai juga dapat dilihat dari berkurangnya jumlah ikan-ikan yang hidup di sungai itu, termasuk ikan kakap putih ini.
Penulis: Hasrijal Farmaduansa