Ramadan 1444 H telah berakhir 13 hari yang lalu. Berbagai kegiatan yang tertunda selama Ramadan mulai dilaksanakan lagi. Seperti halnya kegiatan memancing ikan, yang sebelumnya pada bulan Ramadan banyak pemancing atau angler yang menundanya. Sekarang setelah Ramadan dimulai lagi. Penulis punya cerita tentang ini yang pernah diterbitkan di koran Harian Pagi Riau Pos, tepatnya edisi Ahad (17/08/2014).
Cerita ini mengisahkan perjalanan delapan pemancing menuju spot mancing. Berbagai halangan dan hambatan serta pengalaman unik saat memancing ditemui selama perjalanan pergi dan pulang serta saat memancing itu sendiri. Mulai dengan jalan yang buruk, sepi dan menakutkan. Namun semua itu dapat dilalui dengan baik, sehingga lebih tepatnya trip memancing kali ini dapat disebut sebagai petualangan. Berikut ini penulis hadirkan kembali artikel petualangan tersebut.
Trip Petualang Setelah Ramadan
Sebanyak delapan orang angler bersepakat untuk melaksanakan trip memancing bersama pada hari Ahad, 3 Agustus 2014, yang lalu. Mereka adalah Erie Yanto, Deddy Agustian, Beny Gunarso, Yusril, Leo Hadi, Een Sufarman, Rayhan, dan Nura Ispera. Spot yang dituju adalah danau Panjang yang lokasinya berada di kawasan salah satu perusahaan sawit. Untuk mencapai spot yang dimaksud dapat melalui jalan menuju Desa Mentulik, namun sebelum ke Mentulik harus belok ke kanan menempuh jalan yang sangat buruk menuju spot.
Perjalanan menuju lokasi ini sebelumnya sudah ditempuh oleh Erie Yanto dan kawan-kawan seminggu sebelumnya. Berdasarkan referensi mereka inilah tim angler sebanyak delapan orang ini mencoba kembali peruntungannya. Disepakati untuk berangkat dari rumah mulai pukul 05.00 WIB subuh. Kemudian pada pukul 06.00 WIB berkumpul di salah satu pom bensin (SPBU) di Kubang. Namun sedikit terlambat karena menunggu Erie Yanto, selaku penunjuk jalan, yang ban sepeda motornya bocor.
Sambil sarapan di warung, beberapa orang yang tiba duluan menunggu teman-teman lainnya yang belum datang. Pada pukul 07.00 WIB, saat semua teman-teman sudah berkumpul, maka tim pun berangkat menuju spot. Sepeda motor yang digunakan berjumlah enam unit untuk delapan orang angler. Di dalam perjalanan tim mencari rumah-rumah makan yang buka untuk membeli perbekalan makan siang. Namun sayangnya tidak ada yang buka, mungkin karena sehabis lebaran. Sehingga tim pun meneruskan perjalanan dengan memanfaatkan saja perbekalan yang sudah dibawa oleh sebagian angler.
Perjalanan sampai ke jalan menuju Desa Mentulik cukup lancar, karena jalannya sudah diaspal. Namun saat memasuki jalan di kawasan perkebunan maka petualangan yang sebenarnya pun dialami. Jalan menuju spot sangat ekstrim karena harus melewati berbagai rintangan seperti kubangan air berlumpur, titian kayu kecil, hutan karet, tanggul, jalan licin dan basah. Kadang-kadang sepeda motor harus didorong bersama-sama supaya lewat. Setelah beberapa lama akhirnya tim pun sampai ke spot dengan selamat. Namun di spot tim disambut dengan cuaca panas terik.
Melihat kondisi spot yang menawan membuat tim lupa dengan kelelahan akibat menempuh jalan yang buruk sebelumnya. Bergegas para angler mempersiapkan perangkat pancing masing-masing. Tidak berapa lama, lemparan demi lemparan mengisi keheningan di spot. Masing-masing anggota tim pun menunjukkan kebolehannya melempar umpan. Namun beberapa diantaranya ada yang mocel (lepas), ada pula yang umpannya tersangkut di ranting-ranting kayu. Dan bahkan ada yang umpannya hilang dilarikan toman.
Masing-masing angler sibuk dengan pancingnya masing-masing. Tiba-tiba terdengar pekikan dari Beny Gunarso. Rupanya dia berhasil menaikkan seekor toman seberat 3,5 kg dari atas batang kayu tumbang. Kemudian disusul pula oleh Een Sufarman yang menaikkan ikan toman dengan ukuran sedang. Keberuntungan kembali berpihak dengan Beny Gunarso, karena beberapa saat setelahnya dia berhasil pula menaikkan toman yang lebih besar yaitu 4,5 kg.
Menjelang tengah hari, cuaca semakin panas. Kegiatan casting pun terasa semakin berat. Akhirnya satu per satu anggota tim mulai mundur dan mencari tempat berteduh sambil berkumpul. Saatnya untuk makan siang. Dengan makanan dan minuman seadanya yang dibawa oleh beberapa angler, akhirnya tim pun makan siang bersama. Sambil makan anggota tim selalu ceria dengan cerita-cerita yang bikin ketawa.
Setelah makan siang dan beristirahat sejenak, diantara para angler sudah mulai lagi mengutak-atik perangkatnya. Kemudian kembali memainkan perangkatnya untuk casting lagi. Menjelang sore para angler ini pun kembali merasakan sensasi toman. Tidak terhitung pula toman yang lepas alias mocel. Dan banyak pula umpan yang tersangkut (nyajen) di ranting-ranting kayu di tengah danau. Sampai lelah. Akhirnya setelah sore satu per satu anggota tim mulai terduduk lemas karena kelelahan. Sementara air minum yang dibawa tidak mencukupi. Jadi stamina yang tersisa tidak bisa dipaksakan terus untuk memancing. Karena perjalanan pulang masih memerlukan tenaga yang prima. Terbayang kembali jalan pulang yang akan ditempuh.
Perjalanan pulang memang kembali memberikan kesan petualangan yang tiada duanya. Sementara hari sudah mulai gelap. Saat melewati perkebunan karet yang sepi, anggota tim merasa was-was. Namun karena bersama-sama maka perasaan tersebut bisa terlupakan. Akhirnya baru pada pukul 19.00 WIB para angler keluar dari kawasan perkebunan. Selanjutnya perjalanan menuju Pekanbaru ditempuh dengan lancar.
Hal yang dapat diambil kesimpulan dari trip petualangan ini adalah adanya kebersamaan dan kekeluargaan sesama angler. Pada saat menempuh jalur jalan yang sulit maka teman-teman lainnya ikut membantu mendorong kendaraan. Bahkan ada kejadian saat teman jatuh dan tertimpa sepeda motor karena tergelincir di jalan, lalu teman-teman lainnya segera menolong. Saat-saat yang indah bersama teman-teman angler adalah satu rasa dalam susah dan senang. Ada canda dan tawa serta berbagi pengalaman dan pengetahuan, terutama sekali tentang ikan, spot dan lingkungan.
Terima kasih,
Penulis
Hasrijal F. dan Deddy Agustian
(Komunitas Pemancing Riau)