Pekanbaru (07/03/2023) – Tidak berapa lama lagi umat Muslim akan memasuki bulan suci Ramadan. Sesuai kalender saat ini diperkirakan awal puasa jatuh pada 23 Maret 2023, dan Hari Raya Idul Fitri 1444H jatuh pada tanggal 22 – 23 April 2023. Sesuatu yang ingin saya sampaikan adalah fenomena mudik saat lebaran Idul Fitri. Masing-masing pada pulang kampung. Selain untuk bermaaf-maafan dan silaturahim, kegiatan saat pulang kampung biasanya adalah berwisata. Banyak lokasi-lokasi wisata yang berada di kampung yang mesti dikunjungi, bukan hanya oleh orang yang sedang pulang kampung tetapi juga oleh masyarakat di kampung itu sendiri.
Menurut saya pengertian wisata yang dilakukan sebagaimana disebutkan di atas masih tergolong tradisional. Masih ada wisata yang bisa diciptakan dalam kondisi tertentu. Momen pulang kampung atau mudik lebaran, bisa diubah menjadi momen wisata. Di sinilah fungsi suatu komunitas, terserah komunitasnya apa. Namun untuk hal ini saya mencontohkan komunitas mancing. Pernah kami alami pada tahun 2013, Komunitas Pemancing Riau (KoPeR) yang kami dirikan kedatangan tamu dari berbagai daerah saat lebaran. Sehingga kesempatan tersebut kami manfaatkan untuk mengadakan kegiatan mancing bareng sekaligus menjadi ajang silaturahim dan wisata ke spot mancing yang masih alami.
Kisah ini pernah diterbitkan oleh Harian Pagi Riau Pos, pada halaman Mancing Asyik, edisi 1 September 2013. Sebagaimana diketahui bahwa Riau Pos menyediakan satu halaman khusus untuk artikel dan foto mancing. Saat itu kebanyakan saya yang mengirimkan tulisan tentang mancing tersebut, dan ini adalah tulisan saya yang ketiga yang dimuat oleh Riau Pos. Berikut ini tulisan lengkapnya:
Mancing Bareng Ajang Silaturahim
Hari itu Sabtu, 10 Agustus 2013 bertepatan dengan 3 Syawal 1434 Hijriah. Sinar matahari mulai menguak pagi. Terasa begitu dingin karena pagi masih berselimut kabut embun. Saat itulah rombongan sepeda motor para pemancing dari Pekanbaru sudah mulai menerobos kepekatan embun menuju ke Rantau Kasih. Sebuah desa yang terletak di rantau sungai Kampar Kiri. Kira-kira dari Pekanbaru ditempuh selama 1 jam perjalanan dengan kendaraan.
Hari itu sesuai yang telah direncanakan semula adalah hari Mancing Bareng yang sekaligus menjadi ajang silaturrahmi bagi para pemancing. Karena kebetulan masih dalam suasana lebaran maka kegiatan mancing kali ini lebih tepat sebagai ajang bersilaturahim. Para angler (pemancing) yang tergabung dalam Komunitas Pemancing Riau (KoPeR) mendapatkan kunjungan dari para angler dari Medan, Tangerang dan Jawa. Kesempatan langka ini digunakan untuk kegiatan mancing bersama. Kegiatan mancing kali ini diikuti oleh lebih dari 15 pemancing.
Spot yang dipilih adalah spot mancing di danau-danau yang berlokasi di Rantau Kasih. Desa ini berada di pinggiran sungai Kampar Kiri. Untuk mencapai spot dapat dilakukan dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Kondisi jalan mulai dari Pekanbaru sampai ke penyeberangan Rantau Kasih sudah cukup bagus. Namun untuk sampai ke spot di danau-danau yang tersebar sampai 3 km dari penyeberangan mesti ditempuh dengan kendaraan roda dua.
Ikan-ikan yang jadi target ialah ikan toman (Channa micropeltes), ikan gabus (Channa striata), ikan bujuk (Channa lucius), ikan jalai (Channa marulioides), ikan tapah (Wallago leeri), dan ikan besar lainnya. Teknik mancing yang digunakan pada saat itu adalah teknik casting dengan umpan tiruan (lure). Pemancing lain dan nelayan yang ke sini banyak menggunakan teknik dasaran dengan umpan daging ayam dan ikan hidup. Spot ini sudah terkenal dengan ikan-ikan tomannya. Umumnya para angler dari Pekanbaru sudah mengetahui lokasi ini.
Mancing bareng begini bukanlah bertujuan untuk menguras sebanyak mungkin ikan. Namun lebih kepada silaturahim dan menjalin kebersamaan bagi yang sehobi. Apalagi kesempatan seperti ini dikaitkan dengan momen lebaran. Dengan kebersamaan seperti ini banyak diperoleh pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman baru tentang memancing. “Berada di antara rekan-rekan sehoby, bersua teman lama, berkenalan dengan teman baru adalah hasil terbaik dari trip kali ini,” kata Een Sufarman, peserta yang berasal dari Pekanbaru.
Yang pasti bahwa pemandangan dan keindahan alam di spot dapat dinikmati dengan leluasa. “Spot yg mendebarkan. Bikin sport jantung. Dentuman tenggakan monster toman di depan, kanan, kiri, bahkan di bawah dahan-dahan tumbang tempat kita berpijak. Ajiiib pokok na mah!,” begitu kata Tri Wahyudi, salah seorang pemancing yang datang jauh-jauh dari Tangerang, Banten. Memang trip mancing bareng kali ini tidak banyak ikan yang didapat, hanya ada beberapa toman ukuran kecil dan juga ikan-ikan gabus yang naik. Hal ini berhubungan dengan waktu yang kurang tepat.
Waktu makan ikan toman biasanya pada pagi hari yang mulai pada saat cahaya matahari pertama, dan sore hari tatkala matahari hampir terbenam. Sementara pada trip kali ini kami datang sudah menjelang siang. Saat itu hanya dapat menyaksikan ikan-ikan toman raksasa mengambil nafas ke permukaan air. Namun kesempatan seperti ini justru menambah penasaran bagi para pemancing. Seperti ungkapan yang lazim bagi para pemancing yaitu, “Kalau dapat ikan jadi ketagihan, tapi kalau tak dapat ikan malah penasaran. Sehingga selalu ingin mengulangi lagi.”
Penulis: Hasrijal Farmaduansa