Mengetik Takdir dengan Jari Sendiri
oleh: A. U. Chaidir
Kita sering mendengar ungkapan, “semua itu sudah ada takdirnya, kita hanya tinggal menjalani.” Kalimat ini kerap melahirkan beberapa pemahaman, mulai dari yang pasrah sepenuhnya (fatalistik) hingga yang sangat menekankan kehendak bebas manusia.Kita tidak akan membahas perdebatan teologi itu. Kali ini kita hanya akan melihatnya dari sudut pandang sunnatullah dan algoritma kehidupan.
Pertama, Sunnatullah, yaitu Hukum Kehidupan Yang Tak Berubah. Sunnatullah atau Sunnah Allah itu ialah ketentuan atau hukum Allah yang berlaku universal, tidak dapat diubah oleh manusia. Sunnatullah mencakup: 1) Hukum alam, seperti gravitasi, siang dan malam, pasang surut air laut. 2) Hukum Sosial — siapa yang berbuat baik akan menerima kebaikan, dan siapa yang berbuat jahat akan menanggung akibatnya. 3) Hukum Spiritual, seperti adanya pahala dan dosa.
Allah menegaskan bahwa:
“Dan kamu sekali-kali tidak akan menemukan perubahan pada sunnatullah”. (QS. Ap-Ahzab. 62).
“Sunnah Allah telah berlaku sejak dahulu, dan kamu tidak akan menemukan perubahan bagi sunnah Allah itu”. (QS. Al- Fath. 23).
Dengan kata lain, seluruh dinamika kehidupan ini berjalan mengikuti pola dan hukum yang telah ditentukan.
Kedua, Algoritma yaitu Cara Kerja Sebuah Sistem. Algoritma ialah, serangkaian instruksi sistematis dan logis, untuk menyelesaikan suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu. Algoritma dapat berupa rumus, prosedur atau langkah-langkah yang diikuti, untuk mengolah data, guna membuat keputusan atau menyelesaikan tugas.
Algoritma memiliki karakteristik: Input yaitu data atau informasi yang digunakan sebagai masukan. Process yaitu langkah-langkah pengolahan data. Output yaitu hasil akhir dari proses tersebut.
Dalam kehidupan, kita sebenarnya juga berinteraksi dengan algoritma semesta ini. Semesta berjalan mengikuti hukum sebab akibat. Apa yang kita fikir, ucapkan dan lakukan adalah input yang akan diproses, dan berujung pada output — hasil hidup kita sendiri.
Ketiga, Algoritma Kehidupan Manusia. Manusia adalah bahagian kecil dari alam semesta, yang tunduk kepada sunnatullah. Setiap fikiran, ucapan dan tindakan kita adalah “tombol” papan ketik kehidupan. Kita bebas menentukan tombol mana yang ingin kita ditekan. Namun hasil akhirnya, sangat tergantung pada jenis input yang kita masukkan.
Allah tidak membiarkan manusia tanpa panduan. Ia menurunkan Al-Quran dan Sunnah sebagai petunjuk, agar kita meng-input data yang benar.
“Barang siapa yang berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunnah, dijamin ia tidak akan tersesat selama-lamanya” (Hadits).
Setiap input yang kita masukkan akan diproses oleh komputer kehidupan dan akan kembali kepada kita, cepat atau lambat.
Keempat, Korelasi yakni Kebebasan Memilih dan Akibatnya.
Allah berfirman: “Tidak ada paksaan dalam beragama. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat”. (QS. Al-Baqarah: 256).
Kita diberi kebebasan menekan tombol apa saja. Tapi setiap pilihan punya konsekuensi.
Input (benar) — proses — output: keselarasan, kedamaian, kebahagiaan — dampak: personal, massal, global.
Input (salah) — proses — output: kesulitan, penderitaan, kesengsaraan — dampak: personal, massal, global.
Contoh sederhana, misalnya menanam padi, akan menuai gabah. Membiarkan lalang tumbuh, akan menuai semak. Gaya hidup sehat hari ini, melahirkan tubuh yang kuat dimasa depan.
Kelima, Menyemai Takdir. Takdir bukanlah datang secara acak. Ia lahir dari benih yang kita tanam hari ini. Langkah kecil yang kita ambil sekarang, adalah bagian dari pada “kode” yang sedang kita ketik untuk masa depan. Islam bahkan telah mengajarkan arah ini sejak awal kelahiran. Ketika seorang bayi lahir, langsung disambut dengan azab atau iqamah. Itu simbol, sejak awal kehidupan, manusia diarahkan kepada petunjuk Ilahi — agar langkah-langkahnya tidak salah arah.
Keenam, Mengetik Takdir. Hidup ini sejatinya berjalan melalui pola: sebab — aksi — reaksi — akibat, di atas sunnatullah. Allah tidak pernah menzalimi hamba-Nya. Manusia sendirilah yang telah menentukan arah hidupnya, melalui setiap pilihan kecil yang ia buat.
“Sesungguhnya Allah tidak menzalimi hamba-Nya sedikitpun, tetapi manusialah yang menzalimi dirinya sendiri”. (QS. Yunus: 44).
Artinya, jari kita sendirilah yang mengetik takdir kita. Bukan takdir yang memaksa langkah kita, tapi langkah kita yang membentuk jalan takdir kita, dibawah ketetapan Allah.
Penutup
— Takdir bukan alasan untuk menyerah.
— Takdir adalah peta besar, yang didalamnya kita diberikan kebebasan untuk memilih jalan.
— Siapa yang memilih jalan kebaikan, akan menuai keberkahan, dan siapa yang memilih jalan keburukan, akan mengalami penyesalan.
— Maka berhati-hatilah menekan tombol keyboard kehidupanmu, sebab apa yang kamu tulis hari ini, akan menjadi takdir yang kamu baca esok hari.
عس اللہ انیھدینا الی الصراط المستقیم
Pekanbaru, 23 Oktober 2025.