Akhirnya Terkuak Penyebab Banjir Bandang Berlumpur dan Kayu Hanyut di Rokan Kanan dan Sungai Sutam.
Penulis: Hasrijal Farmaduansa
Padang Lawas (17/01/2022) – Banjir bandang yang terjadi pada malam tahun baru 2022 yang lalu masih berbekas sampai saat ini. Beberapa lokasi di sungai Rokan Kanan (Batang Lubuh) dan sungai Sutam (Aek Sutam) masih terlihat gelondongan kayu yang tersangkut dan terdampar di bibir sungai. Selain itu lumpur pun masih terlihat tebal dan mulai mengering di daratan tepi sungai yang dilanda banjir. Menurut pemantauan beberapa sumber informasi di Pasir Pengaraian, terlihat bahwa setelah setengah bulan bencana banjir lumpur melanda sampai hari ini sungai Batang Lubuh tetap masih keruh. Biasanya sekitar tiga atau empat hari setelah banjir air sungai sudah mulai jernih.
Fenomena lain yang sangat mengherankan yaitu banyaknya ikan-ikan yang sekarat dan mati di sepanjang sungai Batang Lubuh saat banjir tersebut. Akibatnya saat ini masih terasa bagi para nelayan di sana. Menurut Muslim, salah seorang warga Desa Muara Nikum, “Saat ini percuma mencari ikan di Batang Lubuh, ikan sudah tidak ada. Sejak banyak ikan mati waktu banjir kemarin, sampai sekarang sulit melihat sambaran ikan di sungai.”
Reno, seorang pemancing yang biasa casting ikan sebarau (hampala) di Sungai Batang Lubuh mengemukakan hal yang sama. Namun walaupun ikan sudah sangat jauh berkurang, menurutnya masih ada harapan bahwa ikan akan berkembang kembali. Sebab pada saat banjir banyak juga ikan yang selamat dengan masuk ke anak-anak sungai di sepanjang sungai Batang Lubuh. Selain itu sungai Rokan Kiri tidak mengalami banjir bandang sehingga nanti ikan-ikan itu bisa saja bermigrasi ke Rokan Kanan dan berkembang biak lagi.
Sedikitnya ada tiga kabupaten yang merasakan dampak banjir tersebut. Yaitu masyarakat Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Rokan Hulu di Provinsi Riau, dan masyarakat Kabupaten Padang Lawas di Sumatera Utara. Terutama masyarakat di wilayah sepanjang Sungai Batang Lubuh dan Sungai Sutam di Kecamatan Batang Lubu Sutam, Padang Lawas. Ada rumah yang hancur dilanda kayu-kayu yang hanyut. Ada bangunan sekolah yang rusak dan berlumpur setinggi lutut. Salah satunya adalah SD Negeri 0802 di Desa Tamiang. Bangunan sekolah ini sudah layak digunakan kembali setelah Tim Rokania Peduli dari STKIP Rokania ikut membersihkan dan merenovasi sekolah ini pada Sabtu (15/01/2022).
Kejadian banjir berlumpur disertai hanyutnya kayu-kayu dalam jumlah besar ini menjadi pertanyaan dan dugaan dari berbagai pihak. Tidak sedikit yang menuding bahwa musibah tersebut diakibatkan oleh keserakahan manusia dengan membuka hutan di hulu sungai. Sebab selama ini tidak pernah terjadi banjir seperti itu. Tentunya hal ini perlu dilakukan penelusuran untuk mencari fakta yang sebenarnya. Dikarenakan hulu sungai Rokan Kanan ini berada di wilayah Sumatera Utara, tentunya pemerintah di sana menurunkan Tim Pencari Fakta untuk mencari penyebab banjir bandang tersebut.
Mengkonfirmasi hal ini rokapress.com menghubungi Ramadan Gustika, S.Hut., M.Sc., dan Davit Erwinsyah, S.Hut., yang merupakan Polisi Kehutanan KPH Wilayah VII Gunung Tua, Sumatera Utara. Menurut mereka bahwa Tim Pencari Fakta sudah diturunkan pada tanggal 11 s.d. 14 Januari 2022. Mereka sendiri ikut dalam tim tersebut.
Tim Pencari Fakta ini terdiri dari 16 orang yang terdiri dari 3 orang dari KPH Wilayah VII Gunung Tua, dari Danramil 09 Sosa 2 orang, dari Polsek Sosa 1 orang, dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Padang Lawas 1 orang. Kemudian dari Dinas Kesehatan Padang Lawas 1 orang, anggota Pramuka 1 orang dan didampingi oleh anggota masyarakat sebanyak 6 orang.
Tim ini mulai menelusuri Sungai Sutam (Aek Sutam) dari Desa Hapung, Kecamatan Ulu Sosa, menuju Desa Tanjung Barani dan Tamiang, Kecamatan Batang Lubu Sutam, selama 4 hari. Di bagiah hulu, Aek Sutam bercabang dua yaitu Aek Sutam Kanan dan Aek Sutam Kiri. Selama penelusuran tersebut ditemukan bahwa banyak sekali anak-anak sungai yang berukuran kecil bermuara ke Aek Sutam. Masalah yang dijumpai adalah terjadinya longsor pada tebing-tebing anak sungai yang bermuara ke Aek Sutam tersebut.
Ditemukan bahwa puluhan titik longsor terjadi akibat intensitas hujan yang sangat tinggi di hulu sungai. Longsoran tebing sungai itu bervariasi luasnya. Ada longsoran yang sampai satu hektar, ada juga yang sampai satu kilometer sepanjang tebing. Material longsoran itu berupa tanah, lumpur dan pasir yang diikuti oleh pohon-pohon hutan yang ikut tercabut dan hanyut. Di sekitar hulu sungai tersebut tidak ada aktivitas pembukaan hutan atau penebangan hutan yang terjadi. Lokasi tersebut sangat jauh dari pemukiman masyarakat.
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh Tim Pencari Fakta tersebut terkuaklah penyebab banjir bandang berlumpur dan banyaknya kayu-kayu yang hanyut. Ternyata penyebabnya adalah intensitas hujan yang tinggi sehingga membuat tebing-tebing bukit di tepi sungai longsor. Hujan yang deras tersebut menghanyutkan material longsor berupa tanah dan pasir yang menjadi lumpur tebal. Kayu-kayu yang ikut tumbang akibat longsor itu pun dihanyutkan melalui anak sungai menuju Aek Sutam dan diteruskan ke sungai Batang Lubuh ke hilir.
Dugaan masyarakat tentang pembukaan hutan oleh manusia tidak benar. Ini murni bencana alam yang disebabkan intensitas hujan yang tinggi dan kondisi tanah yang labil di sekitar perbukitan. Bukti lainnya bahwa kayu-kayu hanyut yang banyak itu bukanlah hasil penebangan, disampaikan pula oleh penulis melalui pengamatan pada kayu-kayu yang hanyut. Jika kayu itu benar hasil penebangan tentu kelihatan ada bekas potongan alat seperti mesin chainsaw atau bekas gergaji. Namun ini tidak. Umumnya pohon tampak tercabut bersama akarnya dan dahan serta ranting masih ada. Kulit kayu memang banyak yang terkelupas, dan itu disebabkan oleh gesekan selama hanyut.
Ditambahkan pula oleh Ramadan Gustika, S.Hut., M.Sc., bahwa jika intensitas hujan yang tinggi kembali terjadi maka banjir seperti itu bisa pula terjadi kembali. Banjir waktu awal tahun tersebut masih menyisakan banyak lumpur di bekas longsoran. Kayu-kayu yang tumbang dan “bergelimpangan” masih banyak tersisa. Ini dapat kembali hanyut seperti kejadian sebelumnya. Untuk itu dia mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati jika hujan deras terjadi. (hf)
(Sumber Foto: Dokumen Ramadan Gustika)