Pasir Pengaraian (12/12/2021) – Hampala Fishing Rohul (HFR) adalah salah satu komunitas pemancing yang ada di Rokan Hulu. Komunitas ini tergolong baru, karena dibentuk baru beberapa bulan lalu. Sesuai namanya HFR adalah komunitas memancing ikan Hampala atau Sebarau. Nama ilmiahnya Hampala macrolepidota. Umumnya para pemancing di sini menggunakan teknik casting. Sebenarnya teknik ini secara tradisional sudah ada di Rokan Hulu (Rohul) sejak dahulu. Namanya mengaca atau “mengacar” kalau ditranslasikan ke Bahasa Indonesia.
Bedanya hanya pada perangkat pancingnya. Kalau mengaca itu menggunakan rod (joran) tradisional, umpannya kuningan yang dibuat dalam bentuk tertentu sehingga bisa berputar saat retrieved (ditarik). Benang pancingnya pun biasanya jenis monofilament. Atau “tali atum” kalau bahasa daerahnya. Sedangkan teknik casting perangkatnya sudah modern. Rod biasanya terbuat dari bahan carbon graphite, senar pancingnya jenis Poly Ethylene (PE) atau braided. Umpannya biasa disebut lure bisa berbentuk spoon, minnow, vibra, pencil, softlure, popper dan lain-lain.
Meskipun para anggota komunitas umumnya menggunakan teknik casting, namun komunitas ini tetap terbuka untuk para pemancing dengan teknik apapun. Karena tujuan awalnya untuk menjalin silaturahim kepada sesama pemancing. Teknik memancing sebenarnya dipengaruhi oleh jenis ikan target. Jika targetnya hampala atau sebarau maka teknik yang paling cocok tentulah casting.
Sehubungan dengan tujuan untuk menjalin silaturahim sesama pemancing khususnya di Rokan Hulu, maka Hampala Fishing Rohul mengadakan acara silaturahim untuk yang pertama kalinya. Acara ini dilaksanakan di Zia Café, tepian Turap Desa Babussalam, di Pasir Pengaraian, pada hari Sabtu (11/12/2021). Para pemancing yang hadir berasal dari berbagai daerah di Rokan Hulu. Seperti dari Tandun, Kotalama, Kotatengah, Rambah Samo, Ujungbatu, Bangun Purba, Tambusai, Rambah Hilir, Pasir Pengaraian dan lain-lain.
Acara tersebut dikemas dalam bentuk silaturahim, ramah tamah, pembagian jersey HFR, mabar (memancing bersama), pengundian lucky draw berupa lure dari Panitia/Admin dan berfoto bersama. Ada banyak hal yang menjadi topik pembicaraan dalam acara itu. Saudara Rizal, ST., angler (pemancing) dari Pasirkotabaru, yang bertindak selaku MC (Master of Ceremony), menyampaikan bahwa dengan banyaknya komunitas memancing di Rohul bukan berarti bersaing. Tetapi justru semakin memperbanyak teman sehobi. Dengan demikian diharapkan kita tetap saling menjaga keberlangsungan ekosistem air.
Sementara Amsori Fadi, angler dari SKP-B Rambah Samo, mengusulkan agar komunitas HFR ini dapat dilegalkan sebagai sebuah lembaga sesuai aturan organisasi. Sehingga dengan demikian dapat bertindak dan melakukan kegiatan serta bekerja sama dengan berbagai pihak dengan baik. Menanggapi hal ini, pihak Admin atau pengurus HFR sudah memiliki rencana untuk ini. Sudah ada berbagai rencana kegiatan yang akan dibuat. Salah satunya dalam waktu dekat HFR akan mengadakan turnamen Casting Hampala. Sementara kegiatan serta pengurusan keorganisasian tetap dilakukan secara bertahap. Saat ini komunitas HFR dalam komunikasinya sesama anggota masih tetap berbasiskan media sosial. Terutama media facebook (meta).
Sebelumnya Hasrijal Farmaduansa, MM., angler yang juga pembina yayasan yang mengelola kampus STKIP Rokania menyatakan bahwa Program Studi (Prodi) Pendidikan Jasmani, Kesehatan & Rekreasi (PJKR) Rokania mengajarkan mata kuliah Sportfishing. Mungkin ini satu-satunya kampus di Indonesia yang mengajarkan mata kuliah tersebut. Jadi untuk itu dia berharap agar suatu saat nanti para angler HFR dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan Sportfishing yang dilakukan. Selain itu juga mengharapkan agar berbagai daerah terutama desa-desa yang memiliki aliran sungai di wilayahnya dapat membuat semacam larangan tertentu dalam mengeksploitasi sumber daya airnya. Misalnya pelarangan menangkap ikan selain dengan cara memancing pada batas-batas tertentu.
Reno Novenri selaku salah satu Admin di komunitas HFR ini memutuskan untuk mengadakan acara ini di Turap Desa Babussalam dikarenakan lokasi ini memang telah menerapkan pelarangan menangkap ikan selain dengan cara memancing. Hal ini tidak terlepas dari kepemimpinan Bapak Basron selaku Kepala Desa Babussalam. Beliau memiliki pandangan yang visioner tentang kemajuan Desa Babussalam ini. Awalnya panitia telah berusaha untuk mengundang beliau dalam acara ini, namun karena ada acara penting di Bagansiapi-api, Rokan Hilir, tentu tidak bisa hadir. Namun beliau sangat setuju dengan acara ini dan sepenuhnya mendukung.
Berikut pesannya melalui Whatsapp kepada para angler, “Mari kita jaga dan patuhi bersama aturan yang sudah kita buat ini, dimana aturan ini adalah untuk melestarikan sungai beserta isi-isinya. Karena dengan memancing tidak akan membuat punah. Dan ini juga akan menjadikan tempat wisata yang akan membuka peluang kerja bagi masyarakat kita.”
Memang apa yang disampaikannya tersebut sangat berdasar. Kawasan turap Desa Babussalam ini mendatangkan banyak pemancing dari berbagai daerah. Bukan hanya untuk memancing namun juga sebagai tempat wisata dan rekreasi. Sehingga dengan demikian sebagian masyarakat tempatan dapat membuka usaha yang produknya dibutuhkan oleh para pengunjung. Terutama produk makanan dan minuman. Sehingga selayaknya daerah atau desa lainnya juga dapat berbuat demikian. (hf)